Untuk mencapai Lut Kucak kami harus naik sepeda motor khusus yang telah dimodifikasi. Dari Simpang Tiga, ibu kota Bener Meriah, hanya menempuh jalan lebih kuran 5 km. setelah itu kami menempuh sebuah jalan made in rakyat yang kecil, menanjak dan terus menanjak. Di sisi kanan jalan adalah gunung yang nampak mejulang. Sementara di sisi kiri adalah perkebunan rakyat yang menanam berbagai macam komoditas perrtanian, seperti kol, wortel, kentang dan lainnya. Saya heran juga bagaimana mereka bertani di lereng itu, bagaimana mereka mengangkut hasil panen, bagaimana mereka bekerja di lereng yang sangat terjal. Namun ini adalah nyata, kenyataan yang tak terbantahkan. Perkebunan rakyat menghiasi semua lereng gunung menunju Lut.
Dalam perjalanan itu kami mengalami musibah. Ban belakang sepeda motor kami bocor sebelum sampai ke Lut. Kami jadi ragu apakah akan melanjutkan atau tidak. Sebab menurut Fakhruddin, posisi kami masih setengah dari jalan menuju Lut. Setelah melalui beberapa pertimbagan, antara lain pasti ini kesemptan langka bisa menuju ke sana, maka kami memutuskan melanjutkan perjalanan. Namun kami terpaksa berjalan kaki untuk menapai tujuan itu. Sepeda motor kami tinggalkan di pinggir jalan.
Kami berdua melanjutkan perjalanan ke puncak yang memang tidak terlalu jauh lagi. Namun saya berhenti dua kali lagi. Duduk sebentar melepaskan lelah lalu jalan lagi. Dan, dalam di ujung perjalanan, hawa segar mulai terasa. Ada udara dingin yang meiup. Saya bayangkan itu adalah udara dari lut yang ada di balik gunung ini. Saya membayangkan lut yang luas dan hijau yangm membentang lebar membentuk kolam besar. Di atasnya berlayar beberapa nelayan dengan pancing di tanggannya. Atau di sekitarnya banyak pemanjing yang berjejer yang mencoba mengadu nasip ada kebutuhan ikan akan makanan.
Di puncak gunung yang menghadap ke sana ada perkebunan masyarakat. Seperti banyak daerah di lereng gunung dalam perjalanan ke sana, perkebunan ini sangat jauh dari dataran. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana mereka dapat membawa turun hasil penennya. Oke, jika itu hanya sata atau dua kilogram. Namun dengan luas lahan yang –saya perkirakan- setengah hektar ini, mungkin akan menghasilakan puluhan kilogram sayuran. Bagaimana mungkin mereka mengangkut ke bawah? Etahlah. Terkadang kebutuhan akan uang dapat menciptakan berbagai keanehan dalam kehidupan yang sulit dipahami.
Sayangnya pembukaan lahan untuk perkembunan ini mengorbankan banyak pepohonan.
Puncak gunung ini sudah gundul, sudah tidak berpohon lagi. Hanya ada beberapa bagin yang masih dipenuhi pepohonan dan ditutupi hutan lebat. Namun itu juga nampaknya hanya menunggu waktu untuk dikorbankan. Tidak lama lagi, saya yakin, semuanya juga akan gundul. Betapa sayangnya mereka, hanya kaena kepentingan ekonomi sesaat, hutan ditebang dan malapetaka mengancam banyak orang yang berada di lereng sana. Ada banyak perkampungan di bawah sana yang terancam dengan berbagai tindakan tidak sadar dari sebagain anggota masyarakat.
Beberapa orang memancing di pinggiran danau. Saya tidak tahu apakah di sini ada ikan khasnya atau tidak. Namun mereka nampak tetap bersemangat memancing di bawah teriknya matahari siang. Menurut teman saya ikan di sini ikan kecil-kecil. Sedikit lebih besar dari ikan depik yang khas di danau laut tawar. Saya tidak tahu bentuknya dan bagimana rasanya. Saya juga tidak melihat ada orang yang mendapatkan ikan atau membawa pulang hasil pancingannya.
Banyak pohon besar di samping danau. Bahkan kami makan di bawah sebuah pohon besar yang nampak tidak pernah disinggahi manusia. Di bawahnya terasa sangat dingin dan nyaman. Dari pohon yang kami singgahi nampak kalau danau Lut Kucak ini semakin mengecil. Dulu, kata teman saya, saat ia masih kecil, danau ini terasa lebih lebar. Dengan turunnya tanah di badan gunung yang telah digunduli, danau sedikit demi sedikit semakin tertutup dan mengecil. Bahkan tidak tertutup kemungkinan danau ini akan tertutup dengan tanah di bgian atasnya dan menghilang dari pandangan mata.
Andai pemerintah Bener Meriah peduli dengan kondisi danau ini, saya yakin ia akan menjadi objek wisata yang menarik. Dari puncak gunung di mana danau itu berada kita bisa saksikan pemendangan luas kabupaten Bener Meriah dan puncak gunung merapi di bagian Baratnya. Di sekitar danau juga ada sumber air panas yang bisa dijadikan obejk wisaya tambahan. Apalagi di sana juga ada kuburan Belanda yang bisa menjadi objek wisata sejarah. Danau Laut Kucak bisa menjadi sebuah paket wisata yang menarik. Hanya perlu pengelolaan dan pembuatan jalan yang lebih baik untuk menuju ke sana.
No comments:
Post a Comment