Friday 2 March 2012

Yang Lucu, Menggelikan dan Memalukan, dalam Belajar Bahasa Italia

Ada banyak orang belajar bahasa adalah satu hal yang mudah. Sebentar saja belajar ia sudah bisa. Namun saya tidak termasuk dalam golongan itu. Sudah beberapa bulan belajar bahasa Italia saya masih belum bisa dikatakan mampu berbahasa Italia. Namun, selama proses belajar setidaknya saya dapat banyak pengalaman yang, menurut saya memalukan atau menggelikan kalau dikenang. Berikut beberapa peristiwa itu.

Salah satu kata yang paling penting ketika memulai belajar bahasa adalah kata tanya, atau kata yang dipakai untuk bertanya. Karena hidup di sebuah kota yang baru, maka kata tanya yang sangat penting adalah: "Di mana" dalam bahasa Italia disebut dengan "dove". Pada awalnya saya sering lupa dengan kata ini sehingga kesulitan saat menanyakan suatu tempat kalau lagi di jalan. Memang saya tetap bisa mendapatkan tujuan saya dengan menunjukkna tempat tujuan itu dalam pata kepada orang yang saya jumpai, atau beruntung kalau ia bisa bahasa Inggris. Namun cara ini sangat tidak sederhana. Akhirnya saya dapat sebuah cara mengingatnya!!!!

Saya berasal dari Suku Kluet, sebuah suku kecil di Aceh. Dalam bahasa Kluet untuk bertanya "dimana" menggunakan kata "dapah". Sekilas sepertinya kata "dove" dan "dapah" hampir mirip. Atau lebih tepatnya saya paksa dimirip-miripkan. Namun cara ini sukses. Ketika saya hendak bertanya dengan "dimana" maka saya ingat bahasa Kluet dulu, lalu saya mengubahnya dalam bahasa Italia. Itu awalnya saja, pada akhirnya kata ini tidak perlu lagi dihubungkan kepada bahasa Kluet.

Untuk mengingat sebuah kata terkadang saya menghubungkannya dengan hal-hal yang sama sekali tidak ada hubunganya, namun saya tetap menghubung-hubungkan sehingga mudah mengingat. Misalnya, saat saya pertama kali mengingat kata "muda" dalam bahasa Italia yang disebut dengan "giovane". Saya teringat, entah ingatan saya benar atau tidak, dulu ada seorang penyanyi cilik yang namanya "geovane". Jadi kalau mau menyebutkan "muda" dalam bahasa Italia, saya ingat nama penyanyi muda di Indonesia itu. Atau saat saya menghapal kata "kiri" yang dalam bahasa Italia disebut "sinistra". Saya menghubungkan sikap "sinis" dalam bahasa Indonesia yang bisa diartikan sikap yang negatif dan negatif itu adalah "kiri". Sangat tidak berhubungan, namun itu telah membantu saya menghafal kata-kata itu.

Pengalaman lain sedikit memalukan karena saya merasa "sudah tahu" atau "sok tahu" mengenai arti sebuah kata karena kemiripannya dengan bahasa Inggris. Misalnya kata "questo". Saya merasa kata itu sama dengan "question" dalam bahasa Inggris. Jadi kalau membaca sesuatu dan menemukan kata itu, saya tidak lagi melihatnya di kamus. Tapi saya terus bingung karena artinya tetap tidak nyambung meskipun kata lain saya sudah dapatkan. Ternyata, kata "questo" berarti "ini", sama sekali jauh berbeda dengan "question" dalam bahasa Inggris. Meskipun ada banyak kata lain yang memang serupa antara bahasa Italia dan Inggris, namun ada banyak kata yang memang "menipu" sehingga tidak bisa sepenuhnya dipercaya meskipun mirip.

Memang, belajar bahasa bukan hanya proses mengubah arti kata, namun juga menempatkan kata itu dalam budaya penggunaannya dalam masyarakat tersebut. Hal ini terkadang membuat saya sedikit bingung. Misalnya kata "perche'" (baca: perkhe') yang dalam bahasa Italia berarti "Kenapa" (untuk bertanya) dan juga berarti "karena" untuk menjawab atau memberikan alasan. Atau sedikit perbedaan yang memiliki arti sangat-sangat berbeda: misalnya huruf "e". Kalau ia hanya "e" biasa saja, maka artinya "dan". Tapi begitu ia mendapat tanda koma di atas "รจ" maka menjadi kata karja ganti untuk orang ketiga tunggal. Pada awalnya ini sangat membingungkan dan menyusahkan.

Kalau yang memalukan, itu sangat banyak. Kemarin malam bapak kos saya datang ke rumah. Sudah seminggu ini saya jarang di rumah pada pagi hari karena banyak kegiatan di kampus. Saat jumpa, kami bicara banyak hal. Bapak kos saya bilang kalau pagi harinya ia sudah membersihkan lantai dapur, kamar mandi dan bahkan membuang sampah yang sudah banyak. Saya mengatakan "grazie signore" (terima kasih tuan) karena merasa ia sudah berbuat baik untuk saya. Nampaknya ia tersinggung karena buru-buru pulang. Ketika teman saya orang Italia pulang, saya ceritakan pengalaman ini. Dia tertawa keras. Sebab seharunya saya mengatakan "mi dispiace signore" atau "saya mohon maaf tuan" karena tidak membersihkan lantai dan membuang sampah. Wah.. salah kata ternyata. Pantas si bapak kos buru-buru pulang!

Yah... tapi semuanya ada proses. Saya selalu berprinsip bahwa Kita hanya wajib belajar, hasilnya akhirnya Allah yang tahu.

1 comment:

  1. Wah hebat bisa lanjut study ke Italy?
    Kalau boleh saya tahu ini untuk mengambil gelar Mater atau apa ? Dan jurusannya apa ya?
    saya sangat tertarik dengan negeri yang satu ini, dan berharap bisa memiliki kesempatan belajar kesana juga :) amin


    Thanks in advance,
    Fefi

    ReplyDelete

5 Cara Menemukan "Masalah" Penelitian

Sepertinya tidak ada orang di dunia yang tidak ada masalah. Dari banugn tidur hingga tidur lagi orang selalu terlibat masalah. Bahkan tidu...