Thursday 22 March 2012

Venezia; Semalam bersama Gay Tua

Ini kisah yang mungkin takkan pernah kulupakan. Sabtu, tanggal 17 MAret 2012 bersama dengan dua orang teman kami pergi ke Venizia, sebuah kota wisata di Italia. Kami menghabiskan waktu seharian di sana, menikmati keindahan kota yang sungguh sangat luar biasa ini. Pada malam harinya, dua teman saya akan melanjutkan perjalanan ke Roma. Saya yang masih belum puas menikmati keindahan kota ini, memilih untuk bertahan selama semalam di sana dan berencana kembali ke Milan keesokan harinya.

Karena saya tidak punya banyak persiapan untuk kondisi mendadak seperti ini (termasuk persiapan dana), saya memilih menginap di stasion kereta. Sebagai kota wisata yang sangat nayaman, malam hari tidaklah menyeramkan di sana. Ada banyak orang yang lalu-lalang, ada banyak kumpulan anak muda, ada banyak wisatawan mancanegara yang bernasib seperti saya, tidur di mana saja!

Saya tidak tidur semalaman, terus menikmati kota di atas air ini. Cahaya lampu yang terpancar dari kanal yang membelah kota, perahu yang lalu lalang, bayangan gedung memantul dari kejernihan air, sungguh menakjubkan. Saya tidak bisa menahan diri untuk menulis semuanya. Mencari tempat di pinggir kanal, membuka leptop, dan mulai menulis. menulis dalam keadaan seperti ini tarasa begitu mudah dan lancar. Sesuatu mengalir dengan cepat tak terbendung.

Jam tiga dini hari, seorang lelaki paruh baya datang mendekat. Ia menyapa saya dan saya membalas menyapanya. Ia menanyakan apakah saya sedang menunggu kereta api? Agar urusan lebih cepat, saya mengatakan “iya”. Tanpa diduga si lelaki yang semula mau duduk di kursi yang agak jauh dari saya malah duduk sebangku dengan saya. Katanya biar mudah mendengar apa yang saya katakan.

Saya mengatakan kalau saya tidak bisa bahasa Italia. Tapi ia mengatakan tidak masalah, asal saya bisa paham apa yang ia katakan dan saya paham apa yang ia maksudkan. Saya jadi terfikir, ini kesempatan bagus unutk mencoba bahasa Italia saya. Kamipun mulai berdialog mengenai hal-hal yang sederhana. Asal daerah, usia, kenapa ada di Venizia, dan pekerjaan.

Entah karena dinginnya malam, ia sampai pada sebuah kalimat: kalau ia sangat menyukai “fare amore”, bercinta. Katanya, ia bercinta dengan banyak “amici”. Bahkan selama tiga hari di Venezia ia sudah bercinta dengan “cinque ragazzi”.

Pikiran saya terbang ke ruang kelas bahasa Italia. Dalam bahasa Italia “amici” adalah jamak dari “amico” yang berarti “teman laki-laki”. Sementara “ragazzi” adalah jamak dari “ragazzo” yang berarti pemuda. Saya jadi ragu, ia baru saja mengatakan tentang pengalamannya becinta, tapi kenapa ia mengatakan “amici dan ragazzi”? Saya meyakinkan diri, menanyakan kepadanya. Apakah ia menyukai laki-laki dan bukan perempuan? Jawabannya membuat saya sedikit begidik: mi piace ragazzi geovani e non mi piace donne. Iya, aku menyukai laki-laki muda dan tidak menyukai perempuan. Wah…

Aku mulai sadar di mana posisiku sekarang. Duduk sendiri di pinggir kanal di tengah keremangan malam yang dingin ternyata mengundang perhatian seorang gay tua ini. Di satu sisi aku ingin segera pergi dan meninggalkan dia. Namun di sisi lain aku juga ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mempraktekkan bahasa Italiaku (apalagi ia mau mengajarkan beberapa kesalahan yang aku buat saat bicara), dan mengetahui bagaimana ia bisa menjadi seorang gay. Jiwa penelitianku datang, aku memilih bertahan.

Aku tidak menunjukkan ketakutan, tidak menunjukkan kekhawatiran, tidak juga menunjukkan tertarik dengan apa yang ia katakan. Namun aku mulai bertanya kenapa ia menyukai laki-laki. Katanya, perempuan Italia cerewet, bau mulut, dan terlalu banyak permintaan. Lalu kenapa tidak mencari perempuan di luar Italia? Asia, Amerika, Eropa, Arab? Katanya, semua perempuan itu sama saja, tidak ada bedanya. Aku tanya lagi, kapan ia mulai menjadi gay. Katanya sejak berpisah dengan istrinya sepuluh tahun yang lalu. Ia sudah menikah sejak usia 25 tahun dan berpisah pada usia 45 tahun. Sejak saat itu ia menjadi seorang gay.

“e adesso mi piace cosi’, come te” (saat ini saya menyukai seperti kamu ini). Hiiii…. jantung saya berdetak kencang. Saya menutup leptop dan bersiap dengan apa yang akan terjadi. Saya berusaha mengingat langkah-langkah strategis menaklukkan orang yang melakukan kekerasan. Saya melirik apa yang bsia saya manfaatkan kalau ia bertindak di luar batas. Saya duduk dengan posisi yang pas. Jika ia mendekat saya bisa menerjangnya hingga jatuh ke dalam kanal.

Lalu dengan bahasa Italia yang masih terbatas saya mengatakan: “mi sono sposato, ho moglie e figlio piccolino. sono muslumano e vitato fare amore con uomo opure altro ragazza.” Saya sudah menikah, memiliki seorang istri dan seorang anak laki-laki yang masih kecil. saya seorang muslim dan dilarang melakukan hubungan seksual dengan laki-laki dan perempuan lain selain istri.

Seperti ada kuasa Tuhan. Si gay tua ini nampaknya mengerti. Ia mengatakan kalau ia harus pergi segera. Ia benar-benar pergi, berjalan ke arah pelabuhan dan tenggelam dalam kegelapan malam.

1 comment:

  1. bagi seorang peneliti sejati, selalu ada kesempatan dalam "marabahaya' sekalipun. hahahaha. mantap,pak!

    ReplyDelete

5 Cara Menemukan "Masalah" Penelitian

Sepertinya tidak ada orang di dunia yang tidak ada masalah. Dari banugn tidur hingga tidur lagi orang selalu terlibat masalah. Bahkan tidu...