Saturday 25 June 2011

Ekspresi "Puas" Gadis Jepang

Seminggu belakangan ini aku menonton sebuah stasion televisi nasional yang meyiarkan acara pertandingan ala Jepang. Awalnya aku tidak sengaja menontonya saat minum kopi sore di sebuah warung. Ternyata menarik juga, pertandingan itu dikemas secara menyenangkan dan penuh tantangan. Beberapa yang aku ingat antara lain adalah pertandingan memancing ikan tuna di lautan, pertandingan membikin kue mirip makanan tertentu, pertandingan membuat eskrim, dan tadi sore pertandingan membauat masakan untuk merayakan sesuatu.

Menurutku, ide pertandingan itu sangat menarik. Sederhana, tapi menyenangakan dan mendidik. Secara pribadi, dalam salah satu sesi, aku belajar cara membuat telor dadar yang variatif. Sudah kucoba, rasanya lezat! sangat lezat.

Tulisan ini bukan hendak menceritakan tentang masakan itu. Tapi bagaimana orang Jepang mengekspresikan kegembiraan atau kesedihannya. Dari beberapa kali menonton itu aku simpulkan beberapa sikap orang jepang dalam mengekspresikan kepuasannya:

Tidak suka bicara banyak
Saat pembawa acara menanyakan kesuksesan atau kegagalannya, orang Jepang hanya menjawab satu atau dua kata; "iya, aku sedih", lalu ia meninggalkan pembawa acara. Atau kalau ia memenangkan perlombaan, paling hanya mengatakan: "Aku senang sekali". Tidak ada percakapan panjang lebar, tidak ada salah teknis, salah wasit, salah peralatan, dll. Ekspresi kekalahan atau kemenangan sama saja, singat dan tidak berlebihan.
Tidak suka jingkrak-jingkrak
Untuk merayakan kemenangannya, orang Jepang tidak melompat-lompat kegirangan, tidak berjingkrak-jingkrak kesetanan, cukup bertepuk tangan saja sambil membungkuk mengucapkan terima kasih kepada semua orang. Kalaupun berteriak senang, itu dilakukan sekali atau dua kali saja, tidak berlebih-lebihan.
Tidak ada peluk cium pada teman
Kalau pertandingan menggunakan tim, orang Jepang tidak cipika-cipiki saat mengekspresikan kemenangannya. Tidak ada peluk-pelukan sambil berteriak. Tidak ada juga lompat-lompat. Masing-masing anggota kelompok mengatakan terima kasih, lalu selesai.
Menghargai karya seseorang
Semua juri saat menilai masaan selalu mengatakan, "Wah... makanan ini lezat sekali, dia sangat pandai membuatnya". Walaupun kemudian nilai yang diberikan tidak banyak, tapi pujian itu membaut yang berkarya menjadi tersanjung dan merasa dihargai.


Aku teringat, beberapa bulan yang lalu di sebuah stasion televisi lainnya yang menyiarkan lomba masak ala Indonesia. Saat mencicipi hasil masakan pesarta, jurinya mengatakan, "Wah... masakan ini kurang garam, ikannya kurang matang" dll.

Saat pemenang diumumkan, pesarta yang menang berteriak kesetanan merayakan kemenangannya. Ia berteriak berjingkrak sambil memeluk teman-temannya.

Saat pembawa acara meminta tanggapannya atas kemenangan yang baru diperolah, peserta ini menceritakan perasaannya, kenapa ia bisa memang, prediksi-prediksi sebelumnya, kenapa orang lain bisa kalah, dll. Sangat banyak. Pembawa acara terpaksa mengatakan kalau ia sudah mengerti.

Begitulah, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.

1 comment:

  1. itulah orang Jepang, lain lagi dengan orang Aceh :)

    Memamg petah "Begitulah, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya" patut disematkan dimana saja

    ReplyDelete

5 Cara Menemukan "Masalah" Penelitian

Sepertinya tidak ada orang di dunia yang tidak ada masalah. Dari banugn tidur hingga tidur lagi orang selalu terlibat masalah. Bahkan tidu...