Sunday 15 June 2008

Makam-makam yang terabaikan: Sebuah Muhibah ke Makam Tua di Banda Aceh


Hari minggu, gada kerjaan, malas n bosan. aku berfikir untuk mengunjungi tempat-tempat sejarah yang mungkin telah dilupakan orang.aku sempat berfikir beberapa alternatif, benteng, meseum, aceh pedalaman, pelabuhan, atau makam. pilihanku jatuh pada makam. aku mau melihat nisan-nisan lama aceh pada kuburan raja dan bangsawan lama. di beberapa daerah di aceh besar, makam-makam tua tidak terurus. beberapa batu nisan malah sudah dijadikan bate meuasah (atu untuk mengasah pisau atau paang) oelh penduduk. padahal batu-batu itu adalah bukti sejarah yang amat berharga dan memiliki nilai estetika yang tinggi. aku mulai dengan ke bengkel...

AKu service motorku. udah dua bulan ngak cium bengkel. perjalanan mencari makam adalah perjalanan jauh. ada beberapa tempat yang kukenal sebagai tempat pemakaman lama. di peuniti dekat meseum, di daerah perumahan tenatar di dekat mesjid raya baiturrahaman, di kampung pande, dan beberapa diantaranya ada di Peukan Bada. daerah-daerah letaknya berjauhan. makanya aku siapkan mental dan spiritual yang cukup...
aku mulai ke museum. di sana ada kuburan iskandar muda


Iskandar muda adalah raja Aceh yang paling besar dan berpengaruh. ia memerintah pada tahun 1607-1636. pada masa pemerintahannya, aceh bukan hanya daerah yang ada saat ini, namun hampir seluruh sumatera dan seluruh Malaya kecuali Malaka. ia juga melakukan hubungan yang baik dengan berbagai negara di dunia. dengan Turki Iskandar muda saling mengirimkan tenaga ahli dan pasukan perang. ratusan tenaga ahli meriam datang ke aceh dari turki pada masa pemerintahan iskandar muda. karenanya pada masa itu aceh tidak perlu mengimpor bantuan alat perang dari luar. bahkan beberpaa kerajaan di Nusantara memasuk perlengkapan senjatanya dari Aceh.

di samping makam iskandar muda, ada beberapa makam lain, Makam Kandang Mueh.


makam kandang meuh artinya makam kandang emas. sayangnya aku belum medapatkan referensi sejarah yang cukup mengenai makam dan istilah ini. sedangkal bacaanku belaum kutemukan istilah ini, dan siapa saja yang dimakamkan di sana. dulu, lama sekali sudah, aku pernah dengar kalau di sana dimakamkan keluarga iskandar muda.Iskandar muda punya beberapa istri. diantaranya dari pahang dan bugis. istri dari pahang merupakan permaisuri yang sangat dicintainya. bahkan ia mebangun sebuah taman untuk istrinya ini. ia juga membuat sebuah sungai (Krueng Daroy) yang mengalir di bawah istana.Ini merupakan persembahan Iskandar Muda untuk permaisuri yang sangat dicintainya tersebut.
dari makam iskandar Muda aku menuju ke perumaham TNI yang tidak jauh dari sana.

Di sini dimakamkan raja-raja awal aceh (abad 16). ini merupakan makam raja sebelum iskandar muda bertahta. menurut penjaganya, raja yang dimakamkan di sini tidak berurutan. artinya ada beberapa raja yang memerintah dalam periode itu dimakamkan di tempat lain.bahkan ada seorang ulama yang hidup pada masa safiatuddin tapi dimakamkan di sana. padahal safiatuddin memerintah pada abad 18. ini berarti selang 200 tahun.
makam ini sedikit terawat. mungkin karena berada di komplek pemukiman penduduk.
setelah di makam ini aku melanjutkan ke kampung pande. aku kesasar. terbawa ke kampung jawa.
tapi ada yang mnarik di sana. aku memang sudha lama mau ke kampung jawa.di sini tempat pembuangns ampak kota. aroma menyengat lansgung tercium ketika baru masuk ke sana. tumpukan sampah yang menggunung langsaung terlihat.

daerah ini bersambung dengan pelabuhan ujong pula di sebelah barat. hanya satu kilometer langsung menuju kuala dan berhadpan dengan lautan hindia. dari sana nampak jelas pualng sabang dan kapal yang yang lalu lalalng menuju Pulau sabang. banyak orang mancing juga. bahkan jumlah pemancing akan bertambah banyak waktu sore.

setelah minum2 aku melanjutkan ke rute yang benar. kampung pande mencari makam-makam tua. menurut sejarah, di sebut kampung pande karena disni bermukim para ahli dalam berbagai bidang. pembuat kapal, meriam, perlengkapan perang, perlengkapan rumah tangga dan lain sebagainya. mereka berasal dari berbagai belahan dunia. mereka dikenal dengan "pande" artinya para ahli. makanya kampung itu dinamakan kampung pande.Ada beberapa makam di kampung pande. namun semuanya tidak terurus dengan baik.

nampaknya pemerintah tidak terlalu peduli dengan makam-makam ini. makam tua yang menjadi saksi kebesaran kerajaan aceh masa lalu terbengkalai begitu saja dan tidak dihiraukan. aku tidak tahu apa ada studi intensif yang pernah dilakukan untuk inventarisir makam-makam ini. pernah kudengar kalau BRR melakukannya. namun namanya juga BRR, dana sudah keluara banyak hasilnya tidak ada sama sekali. menurutku aharus ada kerja keras dan perhatian serius pemda untuk menyelamatkan aset-aset sejarah ini. ke depan juga diperlukan penelitian dan inventarisir nisan dan makam ini. ini sekedar harapan.

guru sejarah juga perlu mebawa muridnya jalan2 ke sana untuk perkenalan dengan objek sejarah. dengan demikian makam2 ini "hidup" dan berfungsi ganda. sebagai objek wisata sekaligus objek kajian sejarah. aku yakin kalo di eropa atau di daerah yag perkembangan ilmu pengetahuan sudah pesat, makam seperti ini akan dijaka bak emas murni.sebab ini akan menceritakan banyak hal di masa lalu. dari makam ini kita akan tahu kapan dan dengan siapa aceh pernah menjalin hubungan di masa lalu dan bagaimana peredaran ilmu pengetahuan. namun ini -sekali lagi- butuh usaha dan kerja keras semua pihak.


bersambung.........

Friday 13 June 2008

Bagaimana Menyusun Proposal Penelitian?

Salah satu kesulitan yang dialami mahasiswa di IAIN Ar-Raniry Banda Aceh baik S1 maupun Pascasarjana yang hendak menyelesaikan pendidikannya adalah membuat karya akhir (dikenal dengan Skripsi untuk S1 dan Thesis untuk S2). Maka tidak heran kalau banyak mahasiswa yang mampu menyelesaikan matakuliah tepat waktu (3,5 tahun) namun butuh waktu yang sama untuk menulis “enampuluhan halaman dua spasi” untuk skripsi atau thesis. Terlihat mereka stress dengan “sulitnya” menyusun karya ilmiah yang satu ini. Sehingga tidak jarang kalau ada di antara mahasiswa “nakal” yang mengupah membuat karya akhir kepada orang lain agar ia terbebas dari kesulitan tersebut.


Kesulitan melakukan penelitian bukan hanya pada praktik penelitian itu sendiri, namun dimulai sejak mengidentifikasi masalah penelitian dan membuat proposal penelitian yang baik. Dalam pergaulan sehari-hari sering terdengar ungkapan: “bi masalah ile saboh” (berikan saya satu masalah penelitian). Hal ini terjadi karena begitu sulit bagi mereka untuk merumuskan masalah penelitian. Masalah penelitian dianggap menjadi beban besar dan berat sehingga membuat mereka tidak mampu melanjutkan ke tahapan perikutnya yakni menyusun proposal penelitian. Padahal, tanpa masalah penelitian, maka penelitian tidak akan pernah ada.

Dalam tulisan ini saya mencoba memaparkan secara ringkas bagaimana menyusun sebuah proposal penelitian. Proposal penelitian merupakan langkah awal dari tahapan panjang penelitian yang akan dilakukan mahasiswa dalam melakukan penelitian. Semua mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikannya pasti akan berhadapan dengan tahapan menyusun proposal penelitian. Proposal ini yang nantinya akan dinilai oleh sebuah tim dan akan direkomendasikan untuk dilakukan penelitian oleh mashaiswa yang bersangkutan. Dalam makalah ini saya akan masukkan beberapa tips (dari pengalaman selama ini) yang mudah-mudahan bisa diikuti oleh para mashasiswa dalam mendapatkan masalah dan lalu merumuskannya menjadi sebuah masalah penelitian. Dalam penelitian dikenal sebuah ungkapan, “proposal yang baik adalah setengah dari penelitian.” Semakin baik proposal anda, maka penelitian yang akan anda lakukan juga akan semakin mudah sehingga dapat selesai tepat waktu dan mendapatkan hasil sebagaimana anda harapakan.

Untuk Apa Proposal?
Proposal penelitian merupakan sebuah paparan singkat mengenai rencana penelitian yang akan dilakukan. Karena itu tidak ada yang disebut dengan proposal benar atau proposal salah, yang ada hanya psoposal baik atau proposal kurang baik. Hal ini dinilai dari kelengkapan dan kejelasan gambaran yang diberikan oleh seorang calon peneliti terhadap objek masalah yang akan ditelitinya.

Selain paparan tersebut, sebuah proposal penelitian juga mampu menjawab pertanyaan; apa, siapa, kenapa dan bagaimana penelitian akan dilakukan. seorang peneliti hendaknya menjelaskan dalam proposalnya apa yang akan diteliti, siapa yang terlibat, kenapa hal tersebut diteliti (dan kenapa pula orang itu terlibat), dan bagaimana penelitian akan dilakukan. Dalam menjawab “bagaimana” ini, peneliti menjelaskannya dalam metodologi penelitian.

Proposal penelitian juga ingin menunjukkan bahwa masalah penelitian yang dikemukakan dalam proposal menarik untuk diteliti dan memberikan manfaat bagi dunia akademik dan kehidupan sosial masyarakat. Seorang peneliti harus mempu menunjukkan kalau penelitian tersebut tidak dilakukan maka akan ada kekurangan dan ketimpangan dalam konteks kebijakan dan dan kehidupan sosial yang lebih baik. Sebaliknya jika penelitan tersebut dilakukan, maka hasilnya akan memberikan kontribusi bagi berbagai pihak untuk menjadikan kehidupan manusia yang lebih baik.

Dalam proposal penelitian anda juga mesti mampu menunjukkan bahwa anda punya kompetensi untuk melakukan penelitian tersebut. Hal ini dapat anda tunjukkan dengan penguasaan yang baik terhadap masalah dan tema penelitian. Dari paparan yang anda berikan tunjukkan bahwa anda akrab dengan tema dan topik penelitian yang akan anda lakukan. Demikian juga literatur, teori dan bahan teoritis yang anda gunakan semuanya dapat menunjukkan kalau anda benar-benar memahaminya. Untuk itu tentu saja anda harus benar-benar memahami apa yang akan anda teliti sebelum benar-benar menyiapkan sebuah proposal.

Sebuah proposal penelitian juga hendak meyakinkan dosen penilai bahwa penelitian yang akan anda lakukan telah disiapkan dengan baik. Segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian telah dilakukan. Anda sudah memilki pengetahuan dasar mengenai masalah penelitian, sudah mengetahui topik dan referensi yang harus anda dapatkan dan dimana mendapatkannya, sudah memiliki hubungan dengan pihak yang dapat memberikan kemudahan dan akses informasi terhdap kesuksesan penelitian yang akan anda lakukan.

Apa Saja Elemen Proposal?
Sebuah proposal penelitian terdiri dari beberapa bagian; Judul, Abstrak, Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan dan Lingkup penelitian , Manfaat dan signifikansi penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode penelitian, Budget, Jadwal penelitian, afiliasi lembaga dan Daftar Pustaka. Namun eleman ini sering berubah sesuai dengan kebijakan dan aturan lembaga penyandang penelitian.

Secara struktur, elemen tersebut bisa berbeda antara lembaga penelitian yang ada, tergantungkebiasaan lembaga pendidikan setempat. Namun bagaimana pun strukturnya, elemen di atas tetap harus ada karenan itu penyengkut dengan inti pokok dan rancangan proses penelitian yang akan dilaksanakan. Hanya dengan itu maka proposal penelitian akan diterima dan rencana penelitian yang dilakukan akan dikabulkan.
Berikut ini saya akan menjelaskan beberapa aspek dalam proposal penelitian tersebut:

Judul
Judul merupakan kalimat komunikasi pertama antara anda dengan penilai proposal. Ia menjadi gerbang pertama seseorang menilai proposal penelitian yang anda buat. Oleh sebab itu judul hendaknya dapat menggambarkan keseluruhan maksud penelitian yang akan anda buat. Bukan hanya itu, judul juga harus menarik perhatian dan menggambarkan masalah penelitian, tempat, objek dan waktu penelitian yang anda lakukan. Proposal akan berbicara sendiri dari judul yang anda tawarkan. Oleh sebab itulah judul harus dibuat sedemikian rupa sehingga terkesan penelitian yang anda lakukan menarik dan bermanfaat.

Sebuah Judul sebaiknya ringkas dan eksplisit (gamblang/tegas) yang terdiri dari sekitar 20 kata. Dalam judul terkandung tentang topik penelitian secara khusus sedang anda lakukan. Selain itu judul secara umum mengemukakan tentang di mana dan kapan penelitian akan dilakukan. Hindari sebuah judul yang merupakan jawaban / kongklusi dari penelitian yang sedang anda lakukna. Misal: “Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam pembangunan masyarakat di Kecamatan Trumon.” Atau, “Pendidikan Agama adalah Tonggak Pendidikan Anak dalam Rumah Tangga.” Judul-judul seperti ini lebih merupakan kalimat konglkusi (kesimpulan) yang tidak menunjukkan masalah. Dalam judul tersebut juga tidak mencerminkan kapan, dimana, bagaimana penelitian akan dilakukan.
Judul harus menjelaskan pendekatan yang akan dipakai dalam penelitian. Dalam judul akan tergambar apakah anda melakukan penelitian yang sifatya kualitatif atau kuantitatif, pakah penelitian anda lapangan atau library research, apakah penelitian anda suatu penelitian sejarah, pemikiran, tindakan kelas, survey, action reseach, deskriptif dan lain sebagainya. Hanya menggambarkan! Anda tidak perlu mengatakan dalam judul bahwa penelitian anda adalah jenis peelitian tertentu. Itu ada di dalam proposal penelitian nantinya. Misalnya, “Metode Pendidikan Agama Bagi Anak Pra Sekolah di desa Ruak.” Dalam judul ini terkandung makna (1) penelitiannya adalah kualitatif; (2) penelitian lapangan; dan (3) deskriptif analisis. Ini semua terlihat dari judul yang diberikan.

Pun demikian, judul juga disesuaikan dengan jenis dan masalah penelitian yang anda lakukan. Kalau penelitian anda adalah penelitian sejarah, maka tulislah jangka waktunya. Misal: “Pembangunan Pendidikan Tinggi di Aceh: Peran Ali Hasjmy dalam Pembangunan IAIN Ar-Raniry, 1963-1970.” Dalam penelitian yang tidak ada hubungannya dengan sejarah secara langsung, maka tidak perlu dibuat waktu dan tempat. Misal: “Kontekstualisasi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Konsep Pendidikan Modern.” Penelitian seperti ini tidak berkaitan langsung dengan sejarah. Dengan demikian tidak perlu dikatakan tempat dan tahunnya.

Abstraks
Abstrak dalam proposal adalah paparang singkat mengenai penelitian yang akan anda lakukan. Seorang penilai proposal mungkin tidak sempat membaca keseluruhan proposal penelitian yang anda ajukan. Misalnya saat pengajuan proposal skripsi/tesis, mungkin seorang dosen (karna kesibukan atau kemalasan) hanya memiliki waktu satu jam untuk menilai 100 proposal. Oleh sebab itu anda perlu membuat abstrak, paparan singkat yang menjelaskan penelitian yang akan anda lakukan. Abstrak harus dibuat seringkas mungkin namun menjelaskan keseluruhan isi proposal penelitian yang akan anda lakukan.
Sebuah abstrak mesti berisi pengantar singkat mengenai tujuan umum dari penelitian yang akan dilakukan. Pengantar umum ini dapat dibuat dalam satu atau dua kalimat. Kemudian dalam abstrak juga dideskripsikan tujuan khusus penelitian. Tujuan khusus ini secara langsung menunjukkan apa yang akan anda jawab dari penelitian yang akan anda lakukan (selengkapnya akan dibahas dalam bagian tujuan penelitian). Kedua tujuan ini dapat dibedakan dengan melihat kontribusi penelitian. Tujuan umum adalah manfaat uang dapat diperolah dalam konteks besar, sementara tujuan khusus adalah manfaat-manfaat temporer dan kecil yang akan diberikan oleh penelitian.

Dalam abstrak turut dijelaskan pula desain riset yang akan anda lakukan. secara sederhana anda kemukakan apa dan bagaimana penelitian yang akan anda lakukan, data apa yang diperlukan, bagaimana data itu diperoleh dan siapa yang berhubungan dengan data tersebut, dan bagaimana anda memperakukan data. Menyatakan signifikansi (kontribusi dan rasionalitasnya) penelitian yang akan anda lakun. Signifikansi penelian merupakan salah satu penentu apakah proposal anda ditrima atau tidak. Untuk apa sebuah penelitian yang tidak bermanfaat? Anda hanya akan menghabiskan waktu saja, menghabiskan biaya dan merugikan umur untuk sesuatu yang tidak berguna. Maka dalam proposal hendaknya anda kemukakan manfaat apa yang akan diberikan kalau penelitian anda berhasil nantinya. Manfaat dalam hal ini bisa sesuatu yang praktis, bisa pula sesuatu yang berbentuk pengetahuan, saran dan lain sebagainya.

Latar belakang
Latar belakang adalah bagian paling awal dalam sebuah proposal penelitian. Bagian ini akan menjelaskan kenapa anda melakukan penelitin mengenai satu masalah dan kenapa hal itu menjadi masalah yang harus dijawab dengan penelitian . Seseorang yang –seandainya- membaca latar belakang penelitian anda, maka ia juga akan mengatakan bahwa apa yang anda kemukan tersebut layak diteliti.

Secara umum ada beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam mebuat latar belakang masalah:
  1. Gambaran umum permasalahan
  2. What is should be (teoritis) dan What it is (empiris, kemukakan data lapangan); kesenjangan diantara kedunaya menunjukkan adanya permasalahan yang membutuhkan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis yaitu melalui penelitian
  3. Apa yang dilakukan peneliti lain dan bagaimana posisi penelitian yang diusulkan diantara penelitian yang telah ada (konteks penelitian)
  4. Mengapa peneliti tertarik meneliti topik tersebut?
  5. Mengapa peneliti merasa penelitian tentang topik tersebut penting dilakukan; konsekwensi negatif seperti apa yang mungkin muncul jika permasalahan tersebut tidak diteliti? 

Pendahuluan harus memuat sebuah konteks yang terjadi saat ini atau segera terjadi yang membutuhkan penjelasan. Dalam penelitian sosial keislaman, maka konteks bisa jadi sebuah realitas sosial atau sebuah pemikiran yang berkembang. Penelitian mengenai pemikiran Islam misalnya, konteks bisa dihubungkan dengan praktik keagamaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. Dalam judul “Praktik Tarekat Naqsabandiyah di Dayah Darussalam Labuhan Haji,” maka anda perlu menggambarkan apa itu tarekat, kenapa ia berkembang dalam masyarakat Islam dan bagaimana praktik tersebut ada di dayah labuhan haji. Kemukakan sebuah unsur “unik” dalam latar belakang anda sehingga nampak “tarekat di labuhan haji” berbeda dengan “tarekat di daerah lain.”

Dalam sebuah latar belakang anda juga perlu mengemukakan alasan anda memilih topik tersebut. Kenapa anda tertarik? Ketertarikan ini timbul dari “pertentangan umum” yang anda munculkan dalam bagian itu. Kemukakan sebuah statemen independen yang mendukungnya. Katakan juga masalah secara umum, bisa berupa penjelasan yang belum lengkap mengenai kondisi atau sebuah salah faham mengenai suatu masalah (sosial atu filsafat). Kemudian berikan tanggapan peneliti mengani masalah tersebut, kemukakan kemungkinan solusi untuk masalah itu dan jalaskan kenapa penelitian itu dibutuhkan, rasional, penting dan relevan untuk konteks yang terjadi.

Rumusan Masalah
Merumuskan masalah merupakan aspek paling penting dalam sebuah penelitian. Tanpa masalah maka tidak ada penelitian. Tanpa masalah yang jelas, maka tidak akan lahir penelitian yang sempurna. Rumusan masalah penelitian akan menentukan apakah suatu hal memang menjadi objek peneliti an atau tidak. Rumusan masalah yang baik akanmenentukan apakah masalah itu adalah masalah penelitian atau bukan.

Masalah merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi, penyimpangan antara teori dengan praktik, penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, penyimpangan anatara rencana dengan pelaksanaan, dan penyimpangan antara pengalaman masa lalu dengan apa yang terjadi saat ini. Yang diharapkan keuntungan Rp. 10 Juta, yang diperoleh Rp. 5 Juta. Kenapa bida terjadi? Yang diharapkan iklim kerja yang kondusif, yang terjadi karyawan saling curiga. Apa faktor penyebabnya? Yang diharapkan terwujudnya masyarakat yang agamis, yang terjadi justru masyarakat yang hidup jauh dari nilai-nilai spiritualitas agama. Mengapa? Bagaimana solusinya? Demikianlah masalah.

Jadi masalah penelitian adalah kesenjangan antara apa yang semestinya dengan apa yang senyatanya. Untuk merumuskan masalah dapat ditempuh langkah berikut: (1) mengidentifikasi masalah; (2) menentukan variabel penelitian; (3) merumuskan masalah. Dalam perumusan masalah dapat ditempuah langkah: (1) pernyataan relasional antara teori dengan realitas; (2) Masalah penelitian bersifat konseptual; dan (3) kata dalam masalah penelitian sebaiknya berupa konsep-konsep (misal. Pendidikan-pra_sekolah-masyarakat-pedesaan) lalu konseptersebut dihubungkan.

Masalah penelitian berbentuk pernyataan. Pernyataan tersebut diturunkan dalam bentuk pertanyaan penelitian. Seluruh pertanyaan penelitian mengacu pada masalah penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya. Pertanyaan penelitian mengacu pada sesuatu yang anda tidak tahu/mengerti, namun merasa itu mesti dan perlu diketahui untuk menyelesaikan masalah yang telah anda rumuskan sebelumnya. Sebagai acuan mungkin pertanyaan berikut ini bisa menjadi pedoman.

  • Apa bagian khusus dari topik penelitian anda dan apa pula konteks besarnya?
  • Apa konteks sejarah topik penelitian anda dan apa konteks besar sejarah keseluruhan dari penelitian anda?
  • Kategori apa yang akan anda peroleh dari topik penelitian anda dan kategori apapula yang telah ada sebelumnya?
  • Apa kelebihan topik anda dan untuk apa penelitian ini akan dimanfaatkan?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian harus menginformasikan apa yang hendak anda teliti, menjelaskan apa yang akan dipaparkan oleh penelitian anda dan menjelaskan kenapa penjelasan tersebut penting dan bermanfaat. Tujuan merupakan alasan kenapa penelitian anda lakukan, kenapa masalah perlu dipecahkan, kenap topik penelitian yang anda pilih perlu dijelaskan. Singkatnya tujuan adalah apa yang hendak anda capai/dapatkan dari penelitian yang anda lakukan.

Selain tujuan umum di atas, sebuah penelitian juga dapat bertujuan untuk: Mengkaji (examine), mendeskripsikan (describe), atau menjelaskan (explain) suatu fenomena unik; meluaskan generalisasi suatu temuan tertentu; menguji validitas suatu teori; menutup kesenjangan antar teori (penjelasan, explanasions) yang ada; memberikan penjelasan terhadap bukti-bukti yang bertentangan; memperbaiki metodologi yang keliru; memperbaiki interpretasi yang keliru; mengatasi kesulitan dalam praktek; memperbarui informasi, mengembangkan bukti longitudinal (dari masa ke masa).

Perlu diingat bahwa tujuan adalah hasil akhir, bukan proses (penelitian). Ada orang merumuskan tujuan penelitiannya dengan kalimat seperti ini (misal): “untuk mewawancarai anak didik mengenai kesulitan yang mereka hadapi dalam menhafal surat-surat pendek.” Kata mewawancarai adalah kata proses. Kita mewawancarai untuk apa? Untuk mengetahui atau mengidentifikasi. Maka dalam rumusan tujuan penelitian kita sebutkan: “untuk mengetahui berbagai kesulitan anak didik dalam menghafal surat-surat pendek.”

Dalam kajian yang sidatnya kajian dokumen atau telaah pemikiran, maka tujuan dirumuskan berhubungan dengan kontruksi akhir yang ingin dicapai oelh peneliti. Misalnya penelitian mengenai “Konsep Pendidikan Anak Dalam Pandangan Al-Ghazali.” Maka rumusan masalahnya bukan: “merumuskan konsep pendidikan anak menurut Imam al-Ghazali,” yang lebih baik: “terumusnya, atau terkonstruksinya, konsep pendidikan menurut Imam al-Ghazali secara sistematis, kritis dan aplikatif.” Yang kita inginkan adalah hasil akhir, bukan proses.

Signifikansi, Kontribusi Atau Manfaat
Terkadang orang menyamakan antara tujuan dengan kontribusi. Pada penelitian yang sifatnya sederhana, maka ini bisa dimaklumi. Namun dalam penelitian skripsi atau thesis, maka tujuan sebaiknya dipisahkan dengan manfaat. Tujuan mengacu pada konsep baru yang kita temukan atau tawarkan sebagai hasil dari penyelesaian masalah penelitian yang kita lakukan. sementara signifikansis, atau kontribusi atau sering juga disebut dengan manfaat penelitian lebih pada untuk apa hasil penelitian tersebut. Ringkasnya, anda punya hasil penelitian ‘A’. dalam konteks “manfaat penelitian,” maka yang perlu dipertanyaakan adalah: Untuk apa A? apa gunanya? Apa pengaruhnya? Bagaimana di dimanfaatkan? Dan lain sebagainya.

Dalam melihat masalah kontribusi, maka setidaknya menjawab pertanyaan:
  • Apa yang akan kita pelajari sebagai sebuah hasil proposal yang sekarang kita belum tahu? Gambarkan kira-kira apa yang akan anda rumuskan dari hasil penelitian ini nanti. Gambaran dibuat berdasarkan masalah dan pertanyaan penlitian yang anda ajukan. 
  • Hasil apa yang diharapkan sebagai kontribusi dari penelitian ini dan dalam bentuk apa? teori atau solusi prakstis? Anda bisa juga mengemukakan fifat akhir dari hasil yang akan anda temukan dari model penelitian anda. Apakah hasilnya sesuatu yang sifatnya teoritis (artinya hanya bermanfaat sebagai pengetahuan saja) atau manfaat praktis sehingga setiap orang yang berkepantingan dapat memanfaatkannya. Hasil teoritis misalnya penelitian yang bersifat konseptual, misal: “Sifat Subjek Didik Menurut Al-Qur'an,” “Pendidikan Moral dalam Pandangan Zakiah Darajat,” Hasil dari penelitian ini masih berupa bahan “mentah” yang masih perlu pengolahan hingga bisa pakai. Sementara hasil penelitian praktis misalnya: “Metode Pengajaran Shalat Bagi Anak Usia Dini,” “Teknik Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Agama Berbasis Kompetensi,” Hasil penelitian ini akan berupa langkah yang dapat diimplementasikan langsung di lapangan.
  • Siapa yang akan diuntungkan dengan hasil penelitian ini? Dalam kontribusi anda juga bisa katakan siapa yang akan memanfaatkan hasil penelitian anda, apakah guru, kepala sekolah, pemerintah, dll. Kalau hasil penelitian anda bersifat teoritis, maka itu berarti ia akan bermanfaat bagi siapa saja sebagai pengetahuan. Namun kalau sifatnya praktis berarti ia bermanfaat bagi kalangan tertentu yang berkaitan. Kalau model pembelajaran berarti bermanfaat untuk guru, model belajar bermanfaat untuk siswa, administrasi sekolah, berguna untuk kepala sekolah dan pengambil kebijakan lainnya.

Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah proposal penelitian. Tinjauan pustaka bertujuan, pertama, menjustifikasi bahwa penelitian yang akan anda lakukan belum pernah dilakukan orang lain. Kedua penelitian yang akan anda lakukan memiliki sejarah pengetahuan yang luas dan menjadi salah satu penelitian menarik di kalangan peneliti. Ini dibuktikan dengan banyaknya peneliti mengkaji topik sejenis.

Sebuah kajian kepustakaan menjelaskan mengani apa saja yang telah pernah diteliliti oleh ahli yang lain sebelumnya mengenai topik yang akan anda teliti. Karenanya dalam bagian ini anda mesti memaparkan hasil penelitian tersebut dan apa yang membedakan hasil tersebut dengan penelitian yang akan anda lakukan. Ini mesti dijelaskan agar apa yang anda lakukan bukanlah sebuah pengulangan dari penelitian yang pernah ada. Pengulangan penelitian pada hal yang sama tidak dapat memberikan konstribusi apapun dalam dunia keilmuan. Dan akirnya penelitian anda lebih merupakan saduran/jiplakan daripada sebuah ide orisinalitas anda sendiri.

Selain itu dalam sebuah studi kepustakaan anda juga masti menunjukkan apa yang dapat dipertentangkan dari literatur yang telah ada. Masing-masing peneliti memiliki pandangan yang berbeda dalam masalah tertentu. Kemukakan perbedaan mereka dan telusuri kenapa terjadi perbedaan tersebut. Dengan demikian maka akan nampak kalau anda menguasai topik penelitian yang anda lakukan dan mengetahui pula diskursus para ahli dalam topik tersebut.

Dalam kajian kepustakaan setidaknya kita menjawab dua pertanyaan:
  • Apakah ada ruang yang hendak diisi dengan riset yang akan anda lakukan? Bagian mana yang masih “kosong” dapri penelitian yang pernah dilakukan orang? (Bagian tersebut bisa berupa ide, perspektif, masa, tempat, tahun dan lain sebagainya)
  • Bagaimana posisi penelitian anda di antara penelitian yang telah dilakukan sbeleumnya? (kemukakan di mana posisi penelitian anda, pada bagian mana yang anda hendak isi, kekurangan mana yang akan anda perbaiki, memperkaya dll)
Selain sebagai menunjukkan posisi dan penguasaan anda terhadap topik penelitian yang hendak anda lakukan, maka ada pula beberapa manfaat lain kalau kajian kepustakaan anda buat dengan bail, diantaranya.
  • Untuk mempelajari sejarah permasalahan penelitian (sehingga dapat ditunjukkan bahwa permasalahan tersebut belum pernah diteliti atau bila sudah pernah, teori yang ada belum mantap); 
  • Untuk membantu pemilihan cara penelitian (dengan belajar dari pengalaman penelitian sebelumnya). Dalam setiap penelitian yang pernah dilakukan pasti ada metode yang digunakan. Anda dapat menggunakan metode yang sama, atau menggunakan yang berbeda dengan pertimbangan rasional.
  • Untuk memahami kerangka atau latar belakang teoritis dari permasalahan yang diteliti (hasil pemahaman tersebut dituliskan tersendiri sebagai “Landasan Teori”); 
  • Untuk memahami kelebihan atau kekurangan studi-studi terdahulu (tidak semua penelitian menghasilkan temuan yang mantap); 
  • Untuk menghindarkan duplikasi yang tidak perlu (hasil fungsi ini dituliskan sebagai “Keaslian penelitian”). Namun perlu diingat ”keaslian” bukan berarti tidak ada sama sekali yang menulis mengenai topik anda, setidaknya dalam hal-hal yang sifatnya umum atau bagian lain yang memiliki relevansi dengan penelitian anda.
  • Untuk memberi penalaran atau alasan pemilihan permasalahan (hasil fungsi ini dituliskan sebagai “latar belakang”). 
Landasan Teori
Landasan teoritis adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam sebuah proposal penelitian. Dalam proposal teori menunjukkan pertama, penguasaan anda terhadap diskursus pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian yang akan anda lakukan; kedua, dasar yang akan anda gunakan dalam melakukan penelitian nantinya sehingga penelitian anda terfokus ditak menjalar kemana-mana. Bisa saja anda melakukan penelitian tanpa teori, namun ini adalah wujud kesombongan karena kita tidak mengakui adanya hasil penelitian terdahulu yang sudah mapan dan dapat digunakan sebagai pisau analisis penelitian berikutnya.

Teori dapat dipandang sebagai:
  1. Sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat konstan dan dapat diramalkan sebelumnya.
  2. Merupakan rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang mulai dari data yang diperoleh kemudian dirumuskan suatu konsep yang teoritis (induktif).
  3. Suatu cara menerangkan fenomena yang menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang teoritis.

Teori pada hakikatnya adalah kumpulan statemen yang sistematis yang bertujuan menjelaskan beberapa aspek yang berkaitan dengan topik penelitian. Teori dapat juga diartikan dengan penjelasan sistematis sebagai sebuah pengamatan yang berhubungan dengan bagian dari topik penelitian yang akan anda lakukan. Tori berupa generalisasi-generalisasi yang telah diterima secara umum dalam dunia akademik yang diperolah dari hasil penelitian empirik sebelumnya. Dengan demikian, teori dapat saja berlaku general (keseluruhan tempat dan waktu) atau terbantah dalam tempat dan masa tertentu.

Untuk membuat sebuah proposal penelitian, maka anda mesti membaca literatur yang berkaita dengan topik penelitian anda untuk menemukan metodenya. Teori harus secara langsung dapat menjelaskan topik enelitian anda baik secara general maupun secara parsial. Ini nantinya akan menjadi dasar bagi anda dalamm mengenalisis dan memahami fenomena yang berkembang dalam penelitian yang akan anda lakukan.

Beberapa contoh dapat saya kemukakan di sini sebagai berikut. Dalam penelitian lapangan mengenai “Prkatik Perlindungan Anak dalam Budaya Aceh,” maka teori yang digunakan adalah konvensi perlindungan anak PBB dan Undang-undang Perlindungan Anak di Indonesia. Anda juga dapat menggunakan teori anak dalam Islam. Penelitian mengenai Pemikiran Politik Hasan Al-Banna, anda bisa gunakan teori-teori politik yang sudah ada. Kalau arah pemikiran al-Banna mengarah pada demokrasi, maka anda bisa pakai teori demokrasi, kalau theokrasi, maka anda bisa gunakan teori theokrasi. Dalam penelitian Pengaruh Televisi terhdap Prestasi Anak Didik, anda dapat gunakan teori pengaruh lingkungan dalam pendidikan. Dsb.

Singkatnya, teori yang digunakan dalam sebuah penelitian dihubungkan dengan dasar umum dari topik penelitian yang anda lakukan, bukan bagiannya. Jadi kalau judul penelitian: “Pemikiran Tasawuf Modern di Indonesia, maka teorinya adalah teori-teori tasawuf modern, bukan teori tentang Indonesia sebagai sebuah negara.

Definisi Operasional
Tidak semua penelitian membutuhkan definisi operasional. Definisi operasional dapat dibuat di latarbelakang atau di bagian lain dalam proposal. Namun beberapa kampus mewajibkan adanya sub bab definisi operasional secara khusus dalam proposal dan bab pertama laporan penelitian (skripsi/thesis). Sebagai sub bab, ia terpisah dari bagian lain dalam proposal.

Definisi operasional adalah penjelasan mengenai unsur-unsur, baik kata atau frase yang ada dalam judul penelitian yang akan anda lakukan. Dalam penjelasan ini, maka anda dituntut menjelaskan unsur tersebut sejelas-jelasnya, dari sisi teoritis yang sudah berkembang dan –yang paling penting- adalah apa yang anda fahami atau anda ikuti. Dengan demikian seorang pembaca mengenai penelitian yang anda lakukan akan mengerti dan memahami konteks dan ruang lingkup penelitian anda.

Dalam penelitian mengenai “Partisispasi Masyarakat dalam Memajukan Lembaga Pendidikan di Desa Terpencil” maka beberapa aspek yang perlu anda jelaskan adalah: Partisipasi Masyarakat, Lembaga Pendidikan, dan Desa Terpencil. Anda perlu jelaskan apa yang anda maksud dengan partisipasi masyarakat. Kalau dia hanya mengantarkan anaknya ke sekolah, pakah itu termasuk partisipasi? Bukankan tanpa ”mengantarkan anaknya” ke sekolah, sebuah sekolah tidak akan berlangsung? Atau tindakan itu bukan bagian dari prtisipasi karena itu memang hal yang lumrah dan tindakan normal. Nah, inilah yang perlu anda jelaskan sehingga pembaca memahami partisipasi yang anda maksudkan. Demikian juga dengan Desa Terpencil. Apa yang diaksud daerah terpencil? Apa ukurannya? Jauh dari kota atau fasilitas? Atau ekonomi penduduk? Atau apa? Ini semua terserah anda. Anda menentukan sendiri pemahaman yang mau anda bangun mengenai penelitian yang akan anda lakukan. Tentunya berdasarkan teori atau pemahaman yang berkembang sebelumnya. Anda tidak boleh mengembangkan pemehaman sendiri yang jauh melenceng dari apa yang sudah berkembang.

Metode penelitian
Seperti telah saya katakan di atas bahwa aproposal adalah cara anda untuk meyakinkan tim penyeleksi bahwa anda mampu melakukan penelitian itu, menguasai topiknya, mengenal lapangan dan wacana yang berkembang dalam kontkes enelitian yang anda lakukan. Nah, salah satu hal yang penting di sini adalah menunjukkan kepada mereka metode apa yang anda pakai dalam melaksanakan penelitian nantinya. Metode berkaitan dengan pendekatan, lokasi, data dan analisis. Dalam metode semua yang berkaitan dengan langkah yang akan anda ambil untuk penelitian disebutkan dengan jelas, sistematis dan kongkrit.

Yang paling umum dibuat dalam proposal penelitian yang berkaian dengan metode adalah jenis penelitian. Meskipun jenis penelitian bisa kita lihat dari judul dan pendahuluan, namun di bagian ini anda kemukakan dengan tagas jenis penelitian anda, apakah kualitatif atau kuantitatif, atau lainnya. Bukan hanya menyebutkan, namun anda juga menjelaskan sedikit (satu datau dua kalimat) kenapa jenis penelitian tersebut yang anda buat dan apa releansinya dengan topik penelitian yang anda pilih.

Dalam bagian ini juga anda kemukakan fokus penelitian dan atau lokasi penelitian. Kalau anda meneliti sesuatu yang sifatnya teoritik, maka sebaiknya kemukakan fokus anda, yang spesifik dan menjurus. Misalnya: “Konsep dan Pemikiran Muhammad Abduh,” di sini anda perlu jelaskan, konsep dia dalam hal apa? Pemikiran dalam bidang apa? Seandainya data yang mendukung cukup, maka semakin spesifik semakin baik. Sementara dalam kaitannya dengan penelitian lapangan, maka sebaiknya anda kemuakan spesifiknya dan lokasi. Misalnya, “Budaya dan Tanggung Jawab Pendidikan: Pengjaran Agama Bagi Anak Usia Dini di Desa Cot Semerueng Aceh Besar.” Dalam hal ini maka anda jalaskan bahwa pengajaran yang anda teliti adalah pengajaran agama, objeknya anak usia dini (anak pra sekolah) dan di desa Cot Semereung Aceh Besar. Jadi pembaca langsung jelas dengan fokus dan objek yang akan anda teliti.

Anda juga perlu jelaskan dari mana sumber data penelitian dan bagaimana anda akan memperoleh data tersebut. Dalam penelitian teoritis pasti data diperoleh dari studi litaratur dan –bisa juga wawancara- dengan tokoh yang berkompeten. Misalnya anda katakan: “Untuk kepentingan penelitian ini, data akan diperoleh dari buku, jurnal, hasil penelitian dan sumber rujukan lain yang relevan.” Selain itu anda juga dapat katakan kalau data penelitian juga diperoleh dari transkrip ceramah/khutbah atau naskah lain yang kemungkinan membahasa topik penelitian yang sedang anda lakukan. Sementara penelitian lapangan jelas kalau data bersumber dari lapangan. Data lapangan juga beragam, bisa dokumentasi, foto, cerita, pandnagan umum, pendapat dll dari masyarakat setempat.

Selain itu anda perlu kemukakan juga (dan ini sangat penting) bagaimana data anda peroleh. Dalam hal ini anda perlu jelaskan kepada penilai cara dan langkah yang akan anda tempuh sehingga data yang anda butuhkan untuk penelitian tersebut akan terkumpulkan. Untuk penelitian literatur, maka anda kemukakan bagaimana anda memperoleh data yang anda butuhkan dan dimana. Misalnya anda melakukan penelitian filologi, maka anda perlu jelaskan dimana saja naskah akan anda ambil, bagaimana kondisinya, apa perbedaan antar naskah. Kalau anda melakukan penelitian politik, anda perlu kemukakan siapa (jabatan/kedudukan) yang akan anda wawancarai, dimana, bagaimana anda bisa berjumpa, dan lain sebagainya. Semakin jelas semakin baik. Tentu saja anda perlu jelaskan ringkas, padat, dan jelas.

Dalam metode penelitian, perlu juga dijelaskan alat dan metode mengolah data. Beberapa data kuantitatif mungkin adan perlu katakan rumus mana yang anda pakai, pendekatan apa? Program komputer apa? Berapa standar errornya? Dan lain sebaginya. Dalam data kualitatif anda perlu menjelaskan pendekatan apa yang anda pakai dalam mengenalisisnya? Teosi siapa tentang apa yang anda gunakan? Dan lain sebagainya yang diperlukan. Namun demikian ini adalah sebuah kesempurnaan. Pada hakikatnya metodologi hanyalah cara anda melakukan penelitian. Anda perlu jelaskan kepada pembaca bagaimana penelitian dari A-Z akan anda lakukan.

Daftar Pustaka
Daftar pustaka pada dasarnya adalah daftar buku-buku yang dipakai oleh peneliti dalam penulisan penelitiannya. Daftar pustaka diletakkan di bagian akir laporan penelitian, ditulis dengan sistem tertentu dan aturan yang baku.
Dalam proposal penelitian, maka daftar pustaka merupakan referensi yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Referensi berasal dari penelitian sebelumnya mengenai topik yang sama atau referensi lain yang relevan dengan topik penelitian yang sedang dilakukan. Dalam proposal penelitian, referensi bertujuan menunjukkan kesiapan peneliti dalam topik penelitian yang akan dilakukan dan ketersediaan sumber kajian mengenai topik yang berkaitan. Perlu diingat bahwa bagi peneliti pemula sangat “terkesan sombong” kalau melakuakn sebuah penelitian “pure reseach” yang sama sekali tidak berkaitan dengan penelitian yang pernah dilakukan para ahli. Karena itu semakin banyak buku yang ada dalam daftar pusataka (tentu saja yang relevan) maka semakin menunjukkan kesiapan anda melakukan penelitian.
Ada beberapa metode penyusunan daftar pusataka. Yang lumrah di IAIN Ar-Raniry adalah:
nama pengarang, judul buku, Kota: Penerbit, tahun terbit.

Contoh:
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2006.
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1987.

Nama pengarang tidak perlu dibalik, kecuali nama pengarang dari Barat. Dalam tradisi penamaan kita di Indonesia, maka nama seseorang adalah nama aslinya dan tidak ada nama keluarga. Seseorang yang menaruh nama orang tuanya di belakang nama, bukan nama keluarga, namun nama bapak. Nama bapak berbeda dengan nama keluarga. Nama keluarga dapat disamakan dengan nama marga. Jadi, apakah nama seseorang yang memiliki marga harus dibalik? (misalnya Harun Nasution ditulis dengan Nasution, Harun?) Itu terserah pada mahasiswa. Namun untuk menghindari kerumitan dan kesulitan, sebaiknya tidak usah. Tulislam nama pengarang apa adanya, tanpa titel akademik (Drs, Dr, MA, Ph.D, MBA, dll) dan embel-embel sosial (teungku, Syaikh, Haji, Kiai, dll).

Afiliasi Lembaga
Afiliasi adalah usaha anda untuk menunjukkan keseriusan kepada penguji, pembaca bahwa anda telah melakukan kerja sama dan kontak dengan pihak yang memiliki wewenang dan kompetensi dalam menjawab atau menyelesaikan masalah anda. Dalam afiliasi anda mengemukakan bahwa penelitian yang akan anda lakukan memiliki sumber dana yang jelas dan dapat diakses.

Penutup
Akirnya, membuat proposal penelitian bukanlah persoalan pintar atau bodoh, namun lebih pada mau atau tidak. Membuat proposal penelitian hampir sama dengan membuat kue. Ketika bahan-bahan sudah siap, tekniknya sudah ada dan tertulis lengkap, langsung bisa praktek. Namun diperlukan sentuhan-sentuhan khusus agar kue menjadi enak dan sedap dipandang mata. Demikian halnya dengan membuat proposal penelitian. Selain adanya petunjuk berupa bacaan dan bimbingan dari guru, diperlukan usaha dan sentuhan “rasa” sendiri dari peneliti sehingga proposal penelitian benar-benar indah dan “sempurna.” Sentuhan “rasa” sangat dipengaruhi oleh semangat, keingintahuan, dan rasa percaya diri dari peneliti. Betapa banyak orang yang di dalam kelas nampak “cerdas” namun tidak sanggup menyelesaikan pendidikan tepat waktu. Karenanya diperlukan keseriusan dan ketekunan hingga proposal dapat dibuat dengan sebaiknya sehingg dapat diterima untuk dilaksanakan penelitiannya.

Oke, Selamat mencoba!!!

NB. Kalau anda merasa terbantu dengan tulisan ini, atau mau berdiskusi, atau memberikan masukan, kritik, silakan kirimkan email ke: sehatihsan@yahoo.com

Tasawuf Sebagai Pisau Bedah Problem Sosial

Berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan sosial kita saat ini memerlukan solusi yang mengakar. Usaha yang ditempuh selama ini senderung hanya sebagai upaya menghapus masalah-masalah yang muncul ke permukaan saja. Padahal di dalamnya masih berakar sejuta potensi masalah yang mungkin akan tumbuh dan menjadi masalah baru. Dengan solusi yang instan dan tidak mengakar, maka masalah yang sama akan tetap muncul. Habislah uang, habis tenaga, habis waktu untuk mengurus hal yang sama. Masalah yang muncul itu-itu saja (ata sot-sot), sehingga yang menangani menjadi bosan dan pada tahap tertentu cenderung membiarkan saja.

Dalam analisis akar masalah, problema sosial yang ada saat ini sering hanya dikaitkan dengan material dan pembangun fisik saja. Kemiskinan dikaitkan dengan ketaksanggupan individu dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan dirinya. Kriminal dihubungan dengan keinginan mendapatkan harta dengan cara yang mudah. KKN dihubungkan dengan praktik di belakag meja dalam rangka mengalihkan pemamfaatan uang negara yang sejatinya diperuntukkan untuk masyarakat banyak menjadi pemanfaatan untuk diri sendiri atau kelompoknya. Ini adalah pandangan-pandangan yang menempatkan masalah sosial hanya dalam dimensi material. Seolah semua masalah yang ada saat ini dipacu oleh ketidakcukupan materi yang dimiliki oleh pelaku kejahatan tersebut.

Karenanya, penyelesaian yang dilakukan juga kerap dalam perspektif ekonomi. Pengucuran dana bergulir, kredit uasaha, hibah, livelihood, modal usaha kecil, dan lain sebagainya. Di level yang lebih tinggi “perbaikan sistem,” pengawasan lembaga tetentu, lembaga anti korupsi (KPK), auditor independen, dan lain sebagainya. Mereka ingin memastikan bahwa uang negara benar-benar dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat, untuk pelayanan publik, dan untuk pembangunan falitas umum yang menunjang pembangunan masyarakat secara keseluruhan.

Padahal, masalah esensi yang memicu segala perilaku yang merugikan orang lain, baik secara individual atau kelompok, justru ada dalam diri pelaku, yakni akhlak. Akhlak yang tidak baik (akhlak al-mazmumah) merupakan cerminan hati yang tidak memiliki kesadaran spiritualitas yang padahal diajarkan dan menjadi ruh dalam beragama. Dalam Islam kita mengenal tasawuf, sebagai dimensi batin agama yang mengajarkan dasar pola hubungan eksoterik manusia dengan Tuhan, membersihkan hati, besikir dan kontemplasi.

Redefinisi Tasawuf
Banyak orang menganggap bertasawuf sama dengan bertariqat, melakukan suluk dan bertapa (meutapa) di gua atau di dalam hutan. Perilaku sufi juga dihubungkan dengan perilaku seseorang yang selalu membawa buah tashbih, memakai jubah dan kerudung Arab, mencium tangan mursyid/guru dengan ta’zim, jenggotan dan selalu menunduk tatkala berjalan. Padahal ini adalah penampilan lahiriah semata, bukan esensi dari tasawuf. Orang seperti ini merupakan kelompok yang menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan kesufian mereka dalam kehidupan sosial. Sementra esensi tasawuf adalah hati, spiritualitas, kedekatan diri dengan Allah. Simbol tetaplah simbol, ia tidak mendapatkan nilai di sisi Allah. Allah hanya menilai hati yang ada dalam dada si pengguna simbol.

Tasawuf tidak terlepas dari posisi manusia yang memiliki dua unsur; khalq dan khuluq. Dimensi khalq merupakan posisi manusia sebagai ciptaan Tuhan yang bersifat ragawi, fisik, materi, jasmani. Manusia memiliki tubuh materi yang perlu dibersihkan, diberi makan, dilatih dan lain sebagainya. Dimensia khuluq (bentuk tunggal dari akhlaq yang artinya etika) mengacu pada posisi manusia sebagai makhluk yang bersifat immateri, ruhani, jiwa. Tasawuf menempati posisi terakhir ini. Jadi, bertasawuf adalah upaya yang dilakukan manusia untuk menyempurnakan peran keruhaniannya agar selalu bersesuian dengan tuntunan yang telah diberikan Allah dan Rasul-Nya. Atau dalam istilah agama disebut dengan itmamul akhlak. Inilah yang menjadi misi kerasulan Nabi Muhammad, innama bu’itstu liutammima makarimal akhlak, (sesungguhnya akau diutus untuk menyempurnakan akhlak).

Unsur materi yang ada dalam diri manusia cenderung membawanya kepada kemungkaran dan kekufuran kepada Allah. Materi mendorong manusia untuk melakukan berbagai pelanggaran sunnah-Nya, dan melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran-Nya. Kecenderunagn ini semakin kuat dengan pengaruh syaitan yang menginginkan manusia selalu mengingkari Allah, dan menjadi bagian dari komunitas mereka dalam menentang kehendak Allah. Dengan demikian, maka ia selalu mengajak, membujuk, merayu manusia agar senantiasa melakukan perbuatan yang ingkar dari ajaran yang benar sebagaimana diperintahkan Allah.

Menyempurnakan akhlak berarti meminimalisir kecenderungan unsur materi seperti di atas dari melakukan perbutan yang bertentangan dengan ajaran Allah. Dengan demikian manusia dapat mendekatkan diri kepada Allah sedekat-dekatnya. Sebab Ia Maha Sempurna, karenanya hanya manusia “sempurna saja” yang bisa datang ke hadirat-Nya. Semua manusia bisa mendapatkan kesempurnaan, sebab Allah sudah takdirkan demikian. Yang diperlukan adalah mujahadah dalam menggapai kesempurnaan tersebut, yang harus dilakukan berulang dan terus menerus. Sebab mustahil mendekati Allah dengan unsur materi menguasai diri manusia tersebut. Dia adalah Zat non materi, karenanya hanya dari unsur non materi yang ada dalam diri manusia pula manusia akan dapat menjumpainya.

Wujud nyata dari usaha ini adalah melaksakan perbuatan terpuji dalam kehidupan sosial manusia sebagai implementasi dari ketaatan seorang hamba kepada-Nya. Dalam al-Qur’an Allah menyatakan; “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Perbutan terpuji tentunya perbuatan yang baik (amalan shalihan), atau apa yang disebutkan Rasulullah dengan istilah “Ihsan” dalam sabdanya; “Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya, dan jika kamu tidak mampu melihat-Nya, maka Ia melihatmu.” Dalam hal ini Rasul menekankan kehadiran Allah dalam setiap peribadatan yang dilakukan oleh seorang muslim kepada Allah. Dan sesungghnya sepanjang hidup manusia itu adalah ibadah. Dengan demikian, setiap saat, setiap tempat, seorang muslim mesti “melihat Allah” atau setidaknya menyadari kalau Allah melihat apa saya yang sedang dilakukannya.

Dalam wacana keagaaan Islam, hal tersebut di atas dikenal dengan wujud kesadaran sufistik. Kesadaran ini memastikan setiap hamba akan menjadi pengontrol bagi dirinya sendiri dalam melakukan segala perbuatan. Ia memastikan setiap perbuatan dan pekerjaannya dalah wujud dari ibadah dan pengabdian kepada Allah. Karenanya, ia akan senatiasa menanyakan, apakah apa yang dilakukannya telah sesuai dengan apa yang ditetapkan Allah? Apakah apa yang dilakukannya tidak bertentangan dengan ajaran Allah? Apakah ini bermanfaat bagi manusia? Dan lain sebagianya. Karenanya, jelas, seseorang yang memiliki kesadaran sufistik tidak akan melakukan sebuah perbuatan kecuali ia memastikan perbuatan tersebut akan mendatangkan ridha Alah kepadanya, dan akan mendekatkan dirinya kepada Allah.

Tasawuf Solutif
Dalam konteks seperti di atas, maka dalam hemat saya tasawuf dapat menjadi pisau bedah persoalan sosial yang terjadi dalam masyarakat kita saat ini, yang digunakan seiring dengan solusi lain yang telah dilakukan. Sebab kalau kita perhatikan, kita hayati, berbagai persoalan sosial yang ada dalam masyarakat saat ini berkaitan erat dengan perilaku manusia secara personal. Meskipun banyak faktor eksternal yang menjadi penyebabnya, namun rendahnya kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan mereka mejadikan mereka melakukan kejahatan. Pembunuh, pemerkosa, pelaku KKN, manipulasi data dan lain sebagainya dilakukan oleh seseorang yang merasa Tuhan tidak melihat apa yang mereka lakukan. Dengan demikian, maka ia merasa bebas melakukan apa saja, tanpa khawatir akan adanya Tuhan yang menyaksikan mereka.

Kesadaran akan kehadiran Tuhan akan menjadikan manusia berfikir tujuh kali sebelum melakukan suatu kesalahan. Seorang koruptor akan berkaca pada hatinya, akan berfikir bagaimana jika orang akan tahu apa yang ia lakukan, bagaimana kalau perbuatannya terbongkar, bagaimana rasa malu ia dan keluarga di hadapan masyarakat, bagaimana kalau media mengekspose perbuatannya, dan sederetan pertanyaan instrospektif lainnya. Kalau ia benar-benar merasa dekat dengan Allah, merasa beriman dengan iman yang benar, maka ia akan mengundurkan niatnya untuk melakukan perbuatan tercela.

Ini tentu saja tidak mudah, tidak segampang membalik telapak tangan. Yang paling utama dalam hal ini adalah usaha individual manusia sendiri dalam memperbaiki dirinya. Usaha tersebut akan tumbuh melalui pengkondisian eksternal yang dilakukan bersama-sama yang tidak bersifat memaksakan. Kesadaran yang tumbuh ini akan jauh lebih efektif dari ratusan pasal dalam UU dan Qanun yang ada. Sebab tatkala hati sudah dikuasai oleh iman, maka penyelewengan pasti tidak akan dilakukan. Wallahu’a’lam.


Pencinta Bola dan Kaum Sufi

Sekarang, sampai akir bulan ini, ratusan juta pasang mata dipastikan menyaksikan perhelatan akbar level Eropa dari Austria-Swis. Di Asia yang secara geografis memiliki perbedaan waktu sangat jauh dengan Eropa perhelatan itu harus disaksikan tengah malam hingga dini hari. Banyak orang yang “terpaksa” bergadang menahan kantuk demi menyaksikan tim kesayangannya berlaga di lapangan. Tidak peduli keesokan harinya harus bekerja, yang penting hati puas menyaksikan bintang idola “mengocek” si kulit bundar, membawa ke depan, melewati pemain bertahan lawan, mengecoh kiper, dan…. Gooooolll….


Mereka adalah pencinta. Seorang “pencinta” adalah mereka yang mengahbiskan waktunya demi apa yang dicintainya, menyerahkan segala yang dimiliki untuk apa yang dicintainya. Tidak ada waktu lain selain waktu untuk yang dicintai, tidak ada kebutuhan lain kecuali demi kelangsungan jalinan kasih dengan sesuatu yang dicintainya, tidak ada pengorbanan, sekecil apapun yang ditolak asalkan demi sesuatu yang dicintainya. Seorang pencinta adalah mereka yang menyerahkan hidupnya demi apa yang dicintainya. Totalitas kehidupannya diberikan demi sang kekasih dan cintanya. Di sini ada kesamaan anatara pecinta bola dan pencinta Tuhan (para sufi).

Bagi seorang pecinta bola, maka bola-lah kekasihnya. Bola yang selalu diingat, bola yang selalu terbayang. Sementara bagai seorang sufi Tuhan sebagai kekasihnya, Tuhan yang selalu diikrarkan, Tuhan yang selalu dihayalkan, Tuhan yang selalu diimpikan.

Penggila bola dan penggila Tuhan memiliki kesamaan, hampir dalam segala bidang. Sama-sama berjuang untuk “mendapatkan” kekasihnya, sama-sama berkorban demi kekasihnya, sama-sama mencurahkan pikiran untuk kekasihnya, sama-sama berzikir dengan nama yang dicintainya, sama-sama mengikuti tokoh panutannya, dan banyak kesamaan lainnya.

Seorang pecinta bola berusaha sedapat mungkin menyaksikan pertandingan tim bola yang dicintainya, dalam keadaan dan situasi bagaimanapun juga. Cuaca badai, hujan, guntur dan petir bukanlah halangan yang berarti. Kalau udara dingin sebuah jaket kulit tebal akan dibeli. Kalau tidak ada televisi di rumah sendiri, sedapat mungkin pergi ke warung kopi. Kalau lampu PLN mati, genset akan jadi pengganti. Tidak ada halangan yang tidak dapat diatasi. Semua mungkin dilakukan, biasa diselesaikan. Yang penting hasrat tercapai, menyaksikan pertandingan tim kesayangan.

Seorang pecinta Tuhan berusaha sedapat mungkin melakukan ibadah kepada-Nya. Tidak ada alasan menunda shalat, tidak ada penghalang pergi ke mesjid, tidak ada godaan untuk tidak beribadah. Segalanya akan dilakukan demi ibadahnya kepada Tuhan, kekasihnya. Kalau sakit, maka ia akan shalat dengan duduk, tak kuasa duduk, bermunajad dengan berbaring, takkuasa bergerak, menyambah Tuhan dengan isyarat. Seluruh usaha dilakukan demi Kekasihnya, Tuhan Yang Maha Mulia.

Seorang pencinta bola akan berkorban apa saja demi bola yang dicintainya. Lihatlah, bagaimana penjual televisi panen besar saat piala Eropa dimulai. Banyak pencinta bola berjuang mendapatkan uang demi sebuah televisi yang akan memudahkannya menyaksikan pertandingan bola yang dicintainya. Bagi yang sudah ada televisi 14 inchi, mencari yang 21, 29 bahkan menggunakan LCD Projector sehingga lapangan bola “hadir” dalam kamarnya dan ia akan menyaksikan dengan puas. Apapun dilakukan, apapun dikorbankan, asalkan ia dapat menyaksikan tim kesayangannya bertarung, berjuang di lapangan dan menang.

Demikian juga seorang sufi, berkorban demi Tuhan kekasihnya. Mereka merelakan apapun yang dimilikinya demi keridhaan Tuhan kepadanya. Tidak ada gunanya harta, tidak ada nilainya materi, tidak ada manfaat sedikitpun segala sesuatu baginya kalau ia dapat “bertemu” dengan Tuhan dalam munajatnya. Semua harta dishadaqahkan, semua matri dihibahkan, semua kemampuan yang dimilikinya dikorbankan di jalan jalan Allah, kekasih hatinya yang dicintai. Besarnya rasa cinta kepada kekasihnya membuat ia lupa segala sesuatu yang dimilikinya, membuat semua terasa tidak berarti. Ia akan menjadi sempurna jika kekasihnya selalu bersamanya.

Seorang pecinta bola menghabiskan semua pemikirannya demi bola yang dicintainya. Siang malam berbicara bola. Di mana saja cerita bola. Di rumah, di tempat kerja, di warung kopi, selalu melantunkan ayat-ayat bola. Kepada yang lebih faham ia meminta pandangan, kepada yang tidak faham dijelaskannya, kepada yang sama-sama faham, ia bercerita, memberi pandangan, komentar dan analisa. Tidak cukup hanya menonton, bercerita, berdiskusi dan mendengar komentator di televisi, seorang pecinta bola juga membeli korab bola, membaca semua berita di koran yang berkaitan dengan bola, membuka website internet mengeni bola. Semua informasi bola dilahapnya demi menambah pengetahuannya tentang bola. Dengan demikian ia akan semakin faham dan semakin dekat dengan dunia bola.

Tidak berbeda dengan mereka, para pencinta Tuhan menyerahkan totalitas hidupnya untuk Tuhan. Membaca ayat-ayat Tuhan baik yang tertulis atau yang tercipta. Berdiskusi mengenai Tuhan, belajar tentang ajaran Tuhan. Kepada yang alim mereka meminta petunjuk, kepada yang jahil mereka sampaikan dakwah, kepada sesama mereka berdiskusi membahas jalan suci yang dapat mendekatkan mereka dengan Tuhan. Mereka melakukan apapun demi untuk menambah pengetahuannya tentang Tuhan. Semua kitab “dilalapnya”, semua buku dibaca, demi meningkatkan kadar kepahaman mereka mengenai Tuhan. Tidak cukup demikian, seorang pecinta Tuhan melakukan peralanan jauh mencari guru yang akan membimbingnya berlajan ke arah Tuhan.

Dalam hal zikir, seorang pecinta bola berzikir dengan dengan lafal bola. Tidak sedikitpun terlupakan jadwal pertandingan dihatinya. Semua skor diingatnya, semua posisi dihafalnya, semua nama pemain, posisi, klub asal, track recordnya, prestasi, pacarnya, dan segala sesuatu mengenai pemain disebutkan dengan lancar. Di luar kepala. Cintanya menjadikan ia menghafal mereka tanpa beban, menyebutkan mereka tanpa sungkan. Cinta menjadikan pecinta mengetahui mengenai kekasihnya begitu banyak.

Seorang pecinta Tuhan larut dalam mengingat asma-Nya. Setiap saat setiap waktu menyebut nama-Nya. Kalau bibir tidak bisa sempat hati berzikir kepada-Nya. Fisiknya, indranya tidak terlapas dari berzikir kepada Kekasih hatinya. Ia menyebut nama-Nya kapan dan di manapun. Semua nama-Nya ia hafal. Ia berzikir dengan nama-nama indah-Nya. Seorang pecinta Tuhan akan selalu mengingat nama-Nya. Ia merasa berdosa andaikan sedetik saja melupakan-Nya. Nama Tuhan terletak di ujung lidah sampai di dasar hati terdalamnya. Tidak sulit baginya menyebutkan Tuhan kapan saja, dan tidak pula ia akan melupakan-Nya.

Cinta seorang pecinta bola kepada tim kesayangan dan atlet kesukaan menjadikannya menghayalkan kehadiran sang atlet dalam kehidupan kesehariannya. Segala sesuatu yang dilakukan dihubungankan dengan kehadiran sanga atlet dalam hidupnya. Ketika ia bekerja, ia membayangkan atletnya, ketika ia berjalan, ia menghayalkan jalan sang atlit. Apalagi ketika ia bermain bola, maka semua gaya, semua lenggak-lenggok sang atlit pujaan dilakoninya di lapangan. Setiap tendangan bola yang dilakukan dikatakan tentangan sang atlit. Atlit kesukaan adalah petunjuk jalan baginya agar ia mempu sampai pada cinta ideal kepada dunia sepak bola.

Dalam dunianya seorang pecinta Tuhan, maka ia selalu dibimbing oleh seorang mursyid. Setiap pecinta Tuhan akan mengikuti sebuah jalan yang pernah ditempuh oleh pecinta lain sebelumnya dan sukses. Ia membayangkan wajah guru pada setiap zikirnya agar ia melakukan zikir dengan sempurna dan Kekasihnya menerima seluruh zikir yang ia ungkapkan. Ia menghayalkan gurunya membimbing tangannya, mengajarkan jalan yang benar menuju Tuhan, menunjukkan jalan yang lurus kepada Tuhan. Dengan demikian, maka seorang pecinta Tuhan benar-benar sampai dan bertemu dengan kekasihnya.

Itulah beberapa kesamaan anatara pecinta bola dengan pecinta Tuhan. Bedanya hanya sedikit; pecinta bola menjadikan media sebagai kitab sucinya, komentator bola sebagai penunjuk jalannya, atlit bola sebagai panutannya, pelatih bola sebagai mazhabnya, dan tim kesebelasan sebagai pejuangnya. Pecinta Tuhan menjadikan Al-Qur'an sebagai kitab sucinya, Muhammad sebagai nabinya, ulama panutannya, imam sebagai mazhabnya dan kaum muslimin sebagai pasukannya. Pecinta bola membayangkan kesempurnaan hidup di dalam “dunia bola.” Pecinta Tuhan menginginkan kesempurnaan hidup bersama Tuhan.
Andai saja pecinta bola juga pencinta Tuhan, atau setidaknya, andai saja pencinta Tuhan berlaku sama dengan pencinta bola. Mungkin kita tidak perlu qanun syari’at Islam. Lho, kok qanun? Wallahu’a’lam.


Berziarah Ke Makam Tuanku Guru: Satu Pagi di Makam Syaih Kuala

Tadi pagi, sepulang dari ambil baju di temapt nyuci, aku menuju Deah Raya, sebuah kampung nelayan di pinggiran Banda Aceh. rencananya hanya mau meinum pagi di sana sambil menikmati pemandangan laut dan kesibukan nelayan. Memang, sebenarnya aku memendam hasrat melakukan penelitian di desa ini mengenai Adat Meulaot (adat melaut), namun belum kesampaian. Padahal aku sudah budat rencana-rencana aksi sesederhana mungkin yang tidak membutuhkan waktu khusus. Kongkritnya, aku ingin melakukan penelitian etnografi sederhana di sana. Tapi aku belum mulai. Insyaallah suatu saat.

Aku ke sana dengan tas baju yang masih dipunggung. Memang sebelum berangkat ke tempat menyuci aku sempat selipkan kamera di saku tas. Sebab aku memang berencana ke Deah Raya untuk minum kopi. Santai sedikit, hari minggu.
Aku melaksanakan niatku. Memacu kenderaan menuju Deah. Sayangnya, warung kopi tujuanku sedang penuh. Tidak ada kursi kosong yang strategis. Aku jadi tidak menentu. Mau balik lai tanggung. Tersirat niat melanjutkan perjalanan ke Makam Syiah Kuala. Tidak jauh lagi dari sana. Dan di komplek pemakaman Syaih Kuala, di sana ada beberapa warung kopi. Kukira di sana jga menyenangkan karena sama-sama dekat pantai. Bedanya, di sana tidak ada nelayan yang turun ke pantai.
Kunjungan Dari Sumbar
Sesampai di komplek pemakaman, aku menemukan delapan buah mini bus berderetan. Beberapa orang berserban berjalan-jalan di sekitarnya. Ada juga perempuan berjilbab dan berjubah. Beberapa diantanya masih muda, namun lebih banyak yang sudah tua. Ketika aku sampai, beberapa orang tua keluar dari komplek makam dengan membawa seember air. Stiap bus memiliki spanduk yang bertuliskan “Rombongan Ziarah Makam Syiah Kuala dari Pesantren Nurul Yaqin Sumatera Barat.”
Dari Sumatera Barat? Duh, betapa. Rasanya terlalu khusus kalau dari jauh sana pergi ke Aceh hanya untuk mengunjungi makam Syaih Kuala. Atau mungkin hanya salah satu tujuan? Mungkin mereka punya misi lain, sementara kunjungan ke makam hanya bagian kecilnya? Tapi masalahnya, di sapanduk jelas tertulis kalau rombongan ini datang untuk ziarah ke maam syiah kuala.
Aku menyalami salah seorang penziarah laki-laki yang masih muda. Setelah berbasa basi kutanyakan dalam rangka apa pergi ke sini? Dari jawabannya, dugaanku semula keliru. Mereka, dari Pariaman Sumataera Barat memang datang ke sini untuk bersiarah ke makam Syiah Kuala. Memangd ari sana niatnya untuk makam ini berziarah. Pesantren Nurul Yaqin yang ada di Pariaman melakukan program kunjungan ini setiap dua tahuan sekali. Memang mereka mengunjungi tempat yang lain, namun itu hanyalah sampingan belaka, sekedar rekreasi. Kunjungan makam adalah substansi utamanya.
Menurut lelaki ini –yang kemudian memperkenalkan namanya dengan Anshari- Syiah Kuala memilki hubungan dengan Sumatera Barat. Salah seorang gurunya, Syaikh Burhanuddin Ulakan adalah murid utama dari Syiah Kuala. Urhanuddin Ulakang belajar ke Aceh kepada Abdurrauf Syiah Kuala dan pulang ke Sumatera Barat dengan “membawa kitab-kitab” Syiah Kuala. Oleh sebab itu ilmu yang dimiliki oleh Ulakan merupakan cermin ilmu dari Syiah Kuala.

Makam Syiah Kuala di Singkil?
Anshari sepertinya memahami sedikit sejrah Syiah Kuala kontemporer. Dia juga menjelaskan kalau makam Syiah Kuala ada juga di Aceh Singkil. Menurut Anshari makam tersbut dibuat oleh sekelompok penganut wahdatul wujud dari Sumatera Barat juga. Mereka membuat makam “tandingan” di sana untuk menjelaskan kedekatan Syiah Kuala dengan Hamzah Fansuri. Dengan demikian mereka bermaksud mengatakan kalau Syiah Kuala adalah penganut wihdatul wujud sepertiu yang juga dianut oleh Hamzah Fansuri.
Kelompok ini, menurut Anshori memiliki pesantren juga yang tidak berjauhan dengan pesantren mereka. Nama pesantrennya, Pesantren Mata Air. Mata Air? Aku ingat beberapa syair Hamzah Fansuri yang berkaitan dengan air. Ndalam syair Hamzah Fansuri sangat banyak ungkapan yang berkaitan dengan air; laut, gelombang, samudera, mata air, hujan, sungai, dan lain sebagainya. Keseluruhan ungkapan ini berkaitan dengan air sebagai sumber kehidupan bagi manusia. Mungkin nama “mata air” untuk pesantren golongan ini adalah untuk menunjukkan bahwa di sana adalah sumber kehidupan sesungghnya bagi manusia dunia saat ini.
Namun meskipun mereka telah “mebuat” makam di singkil, menurtu Anshari, kelompok wahdatul wujud yang ada di Pariaman tersebut masih juga melakukan ziarah ke Banda Aceh. “Jika mereka datang ke Banda Aceh, minibus antar kota di Sumatera Barat bisa habis.” Begitu banyak. Mungkin puluhan bus. Dengan pakaian putih semua, merek berkunjung ke Aceh dan mencari barakah dari ziarah ke makam Syiah Kuala. Duh…. Anadai aku berkesempatan meliahat kedatangann mereka….. Luar biasa!!

Renovasi makam
Saya tidak tahu ide siapa. Yang jelas makam Syiah Kuala yang ada di Tibang saat ini dalam proses renovasi. Ketika aku datang ke sana, pekerja sedang memperbaiki beberapa bagian bangunan baru yang besar dan sedang dalam proses penyempurnaan. Makam utama dibuat sangat besar. Sebab selain makam syiah kuala, ada beberpa makam lain di sana. Mungkin puluhan, besar dan kecil. Nah, angunan ini seluruhnya ingin melindungi makam-makam tersebut.
Ada juga banguan mushalla di depannya, dan beberapa rumah di bagian baratnya. Kukira itu adalah rumah penjaga makam.
Konon saat tsunami melanda Banda Aceh Aceh pada 26 Desember 2004, makam Syiah Kuala tidak hancur, bahkan “tidak tersentuh.” Saya tertarik dengan cerita ini dan, sebulan setelah sunami saya pergi ke sana. Memang secara fisik, makam Syiah Kuala tidak hancur sebagaimana bangunan lain yang ada di sekitarnya, rumah penduduk, toko, mushalla dan pagar. Makam Syiah Kuala yang saat itu berupa beton yang dipagari dengan besi batangan memang tidak begitu hancur. Hanya beberapa batangan besi yang melingkarinya yang bengkok, namun tidah menghancurkan bangunan makam. Kondisi ini memang berbeda dengan kondisi makam lain di sekitarnya. Apakah ini karena “karamah”? saya juga tidak tahu. Namun yang pasti makam Syiah Kuala memang memiliki konstruksi yang lebih besar dan nampak kokoh dibandingkan makam lain yang ada di komplek itu.
Namun sekarang semua bangunan di komplek pemakaman sudah dirubuhkan dan diganti baru dengan bangunan yang lebih besar dan kuat. Dengan demikian, bangunan di komplek pemakaman Syiah Kuala sekarang menjadi satu atap yang agak besar memanjang dengan makam Syiah Kuala tepat di tengah bangunan tersebut. Dengan kondisi ini maka bangunan makam seara keseluruhan telah menjadi satu atap saja dengan makam-makam seluruhnya ada di bawah bangunan itu.
Siapa Syiah Kuala?
Nama aslinya Abdur Rauf As-Singkili. Ia dikenal dengan Syiah Kuala karena dimakamkan di Kuala (Muara) Krueng Aceh. Syiah sendiri sebutan lain dari Syekh. Jadi Syiah Kuala dapat diartikan juga dengan Syeikh di Kuala. Orang Aceh lebih banyak memanggil ulama dengan sebutan asal atau temapt tinggal mereka dari pada nama sang ulama tersebut. Bahkan beberapa ulama tidak dikenal nama aslinya dan hanya dikenal nama laqab-nya saja, misalnya, Abu Indrapuri (Pimpinan sebuha Dayah Indrapuri awal abad 20, Abu Tanoh Abee (pimpinan dayah Tanoh Abee, Seulimum Aceh Besar), Abu Krueng Kalee (Pimpinan Dayah Darul Ihsan, Krueng Kalee Aceh Besar). Demikian juga Abu Seulimum, Abu Darussalam, Teungku Chik Ditiro, Teungku Pantee Kuluu, Teungku Pasi Geulima, Teungku Mancang Geulumpang, dan lain sebagainya. Nama-nama tersebut seluruhnya nama tempat. Beberapa diantaranya tidak diketahui nama aslinya sampai saat ini.
Begitu halnya dengan Syiah Kuala. Ini adalah sebutan untuk sang ulama yang dimakamkan di muara sungai Aceh di Banda Aceh. Ia adalah ulam tasawuf yang hidup pada masa pemerintahan Sultanah (Sultan Perempuan) Safiatuddin (1641-1674). Pada masanya terjadi dua masalah besar keagamaan. Pertama pertentangan mengani wahdatul wujud dan wahdatul syuhud. Dua aliran pemikiran dalam tasawuf yang berkembang di Aceh pada masa itu. Ia mampu menghadapi dan meyelesaikan masalah ini dengan melakukan integrasi keduanya dalam syariat. Dengan demikian, masyarakat akirnya menerima pemahaman kedua paham ini dengan damai. Mungkin ini sebabnya Abdurrauf dianggap sebagai guru baik oleh pengikut wahdatul wujud atau wahdatul syuhud sampai sekarang.
Masalah keagamaan kedua adalah persoalan kepemimpinan wanita dalam Islam. Sultanah Safiatuddin merupakan putri Sultan Iskandar Muda yang memerintah Aceh pada tahun 1607-1636. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat ia digantikan oleh Sutan Iskandar Tsani, suami dari Safiatuddin. Sayangnya mereka tidak memiliki anak. Maka setelha Sultan Iskandar Tsani wafat, petinggi kerajaan mengangkar Safituddin menjadi Sultan Aceh.
Pengengkatan ini menjadi polemik besar di kerajaan. Abdurrauf yang menjadi Syuaikhul Islam menghadapi ini denngan pendapat-pendapat agama tang konsisten. Ia menegaskan kalu kepempimpinan bukan dilihat dari jenis kelamin, namun dari kemampuan. Dalam sebuah bukunya ia menulis tidak ada syarat pemimpin dari jenis kelamin tertentu, namun kompetensi kepemimpinannya. Siapaun berhak menjadi pemimpin selama ia dipandang cakap dan mampu menjadi “imam” bagi rakyat.
Siakap dan keputusannya ia ditentang banyak ulama lain, diantaranya Teungku Fakih Hitam dari Pidie. Namun karena ada dukungan kekuasaan juga, maka pendapat ini tetap berlangsung dan Safiatuddin tetap menjadi Sultan Aceh selama 34 tahun lamanya.
Dari sisi kepakaran, maka Syaih Kuala ahli dalam berbagai bidang agama. Kitabnya Tafsir Al-Qur'an-nya adalah kitab tafsir Al-Qur'an pertama dalam bahasa Melayu. ia juga Syaikh taswuf Naqsabandiyah dan Syatthariyah. Ia mengarang sebuha buku pedoman bagi hakim dan ahli agama di seluruh Aceh pada masa itu untuk menjadi pedoman dalma memutuskan perkara-perkara agama dalam masyarakat. Beberapa bukunya bahkan di “ekspor” ke Sulawesi atas permintaan raja di sana. Ia memiliki banyak murid, salah satunya adalah Berhanuddin Ualakan dari Pariaman, Sumatera Barat sekarang ini.
***
Anshari, penziarah ke makam Syiah Kuala yang kutemui tadi pagi mengaku santri di Pesantren Nurul Yaqin Sumatera Barat. Ia adalah penganut tarekat Syathariyah yang diajarkan Burhanuddin Ulakan. Guru-gurunya sekarang yang ada di pesantren tersebut adalah murid dari Burhanuddin Ulakan. Karenanya, pergi ke Makam Syaih Kuala sesungguhnya Berziarah Ke Makam Tuanku Guru.


Pluralisme Di Rumah Tuhan: Shalat Jumat di Mesjid Indrapuri

Entah kenapa, tiba-tiba aku berfikir untuk pergi shalat jumat di mesjid Indrapuri pada Jumat 6 Juni 2008. Setelah keluar mengajar dari kelas di Fakultas Tarbiyah Jurusan PGMI, aku menunju warkop-ku (warkop tempat biasa aku mangkal sambil ngopi santai) di Ulee Kareng. Rencana hanya minum kopi supaya tidak mengantuk ketika khatib menyampaikan khutbah saat sahalat jumat nanti. Namun tiba-tiba –setelah minum kopi- terfikir padaku untuk shalat jumat di tempat yang “asing” dari tempat biasa aku shalat. Anganku langsung melayang ke Mesjid Inderapuri, mesjid bersejarah di Aceh.

Singkatnya, mesjid Inderapuri dibangun pada awal abad ke 17 oleh Sultan Iskandar Muda. Selaian Baiturrahman di pusat kota, Iskandar Muda juga membangun mesjid Inderapuri dan mesjid Baiturrahim di Krueng Raya (yang satu ini aku belum pernah kunjungi, dan aku tidak tahu di mana letak tepatnya, mungkin satu saat). Mesjid ini dibangun oleh Iskandar Muda sekalin sebagai benteng pertahanan dalam peperangan melawan penjajahan asing. Karenanya tidak heran kalau bentunya merupakan pencampuran natara mesjid dan benteng.

Dari luar saja bentuk ini langsung terlihat. Pagar tembok tebal dan tinggi mengelilingi mesjid. Hanya ada satu jalan masuk, yaitu jalan depan. Melewati tembok pertama, hanya ada tempat parkir, tempat wudhuk dan sekretariat remaja mesjid. Dari sini, mesjid hanya nampak sedikit karena tertabiri tembok kedua yang agak tinggi. Setelah wudhuk, aku langusng naik tangga ke tembok kedua. Di sana ada sebuah bangunan kecil yang dibawahnya ada kolam air. Kukira ini tempat wudhu juga, namun ternyata hanya tempat cuci kaki. Jadi sebelum masuk ke mesjid, seseorang memasukkan kakinya terlebih dahulu ke dalam kolam itu sehingga masuk ke dalam mesjid dalam keadaan bersih.

Luas halaman dalam pagar kedua ini sekitar 10 m dan mengelilingin mesjid. Temboknya tebal (mungkin 1 m) yang mengelilingi mesjid. Dari sini ke mesjid dibatasi oleh tembok lainnya yang hanya ada satu jalan masuk, yaitu di hadapan kolam tadi. Aku mengambil foto mesjid dari atas tembok kedua ini, nampak agak jelas dan terang. Lalu aku masuk ke dalam.
Tembok ketiga masih belum masuk ke dalam mesjid. Namun berupa ahalaman 4 meter yang mengelilingi mesjid. Halaman ini, sama dengan tembok kedua tadi juga dibatasi dengan tembok lainnya. Dan, diseberang tembok tersebut berdiri mesjid bersejarah yang akan kukunjungi ini.

Aku segera masuk. Terasa hawa sejuk menerpa wajahku. Kayu-kayu besar kekar menompang atap mesjid. Ini mungkin khas bangunan abad ke 17 di Aceh. Mesjid ini tanpa dinding, yang ada hanya tembok setinggi 1 ½ m yang mengelilingi masjid. Itupun tidak langsung menempel di kayu sebelah luar mesjid. Jadi mesjid benar-benar sebagai sebuah bangun tersendiri di atas lantai yang tidak memiliki dinding.
Masjid ini tidak terlalu luas. Ada enam batang tiang di bagian depan dan enam ke belangan (semuanya 36 buah tiang). Jarak antar tiang adalah dua shaf orang sahalat. Pada deretan paling depan ada tempat imam dan tempat khatib berupa tangga setiggi tiga anak tangga. Di depannya ada mimbar dari papan berbentuk setengah lingkaran. Semua peralatan elektronik dan listrik nampak jelas, sebab ia merupakan bahan yang dipasang belakangan. Ada enam kipas angin besar yang tersebar di dalam mesjid dan satu kipas angin kecil di tiang dekat imam. Sebuah jam klasik tergantung di tiang depan dekat mimbar. Selain itu hanya bola lampu dan beberapa loudspeaker. Di sudut kanan depan ada beberapa lemari, mungkin tempat inventaris masjid. Sebuah papan bertuliskan kaligarfi tergantung di depan tenpat imam.

Khutbah Jumat
Beberapas saat setelah aku masuk seorang lelaki paruh baya naik kemimbar dan mengumumkan tatalaksana sahalat jumat pada hari ini. Ia, seperti juga mesjid lain di kota Banda Aceh dan Aceh Besar umumnya, mengumumkan jumlah tabungan amal yang diperoleh jum'at sebelumnya dan jumlah total keseluruhan sampai saat itu. Kemudian ia mengumumkan khatib dan muazin dan imam yang akan “bertugas” pada hari itu. Sayangnya aku lupa nama-nama mereka.
Seorang khatib langsung naik ke mimbar setelah silelaki paruh baya turun. Seorang orang tua yang kulit pipinya sudah keriput. Kacamatanya bulat dan tebal, rambutnya sudah memutih. Ia mengenakan baju putih dan kain sarung. Dikepala dipakai kopiah nasional berwarna hitam. Pakaian seperti ini adalah pakaian standar seorang muslim di Aceh yang pergi shalat jum'at, dan salat berjamaah lainnya.

Ia memulai khutbah dengan membaca khutbah pertama dari dua khutbah. Saat itu aku terfikir dua kemungkinan. Pertama, ini menunjukkan ia adalah kelompok muslim Muhammadiyah atau akademisi yang tidak memiliki latar belakang dayah di Aceh. Sebab seorang teungku dayah, kalau khutbah diawali dengan salam dan hamdalah baru kemudian nasehat. Khutbah yang sebenarnya dilangsungkan dalam bahasa arab dan hanya beberapa saat saja. Nah, kalau khutbah model ini maka nasehat taqwa disampaikan dalam bahasa Aceh/Indonesia dan berlangsung agak lama.
Pada awal khutbahnya khatib (Tgk. Abdullah AR. Nama ini kuperoleh pada saat kutulis bagian ini yang diberikan oleh seorang laki-laki yang sedang menggulung kembali sajadah untuk pelaksanaan sahat jumat tadi) membaca ayat (masuklah ke dalam agama Islam secara kaffah). Bagus juga si khatib. Berbeda dengan khatib lain di kota Banda Aceh yang berkhutbah dengan menggunakan teks, khatib ini tidak. Ia hanya memegang Al-Qur'an di tangan kanannya dan mikrofon di tangan kirinya. Selanjutnya ia mulai menyampaikan khutbah. Khutbah disampaikan dalam bahasa Aceh.

Sang khatib menegaskan bahwa ayat yang telah dikutipnya berbicara menganai keharussan seorang Islam masuk (melaksanakan hukum Islam) dengan sebenarnya dan penuh ketaqwaan kepada Allah. Sebab hanya Islam agama yang diridhai oleh Allah dan dijamin keselatan dalam kehidupan di kahirat kelak. Namun demikian tidak berarti Islam memusuhi golongan lain. Kalau ada agama selain agama Islam maka itu adalah hak mereka. Umat Islam mesti menghormatinya sebagai sesama manusia. Namun tidak boleh memaksanakan agama Islam kepada mereka sebab mereka juga memiliki agama. Akan tetapi jika seseorang telah masuk dan mengaku sebagai Islam, maka wajib atasnya melaksanakan ajaran Islam secara kaffah, keseluruhan dan tidak tanggung-tanggung.

Selama ini, lanjut sang khatib, pelaksanaaan ajaran Islam sering dilakukan berdasarkan kehendak pribadi dan kepentigan kelompok. Apa yang terjadi di Jawa, yakni pertentangan dan saling bunuh antara Fron Pembela Islam dan Kelompok Aliansi Umat Beragama adaah wujud dari pengamalan islam yang tidak kaffah. Sambil meminta agar para jamaah berdoa kepada Tuhan supaya peristiwa memalukan yang terjadi di Jawa tidak terjadi di Aceh, Khatib mengajak kaum muslimin agar menyadari dan mawas diri selalu. Sebab, menurutnya, apa yang ada di Jawa tersebut tidak terlepas dari konspirasi pihak lain yang menginginkan umat Islam berperang anatar mereka sendiri. Dengan demikian akan ada kelompok yang prok-prok jaroe (bertepuk tangan) menyaksikan “kebodohan kita”. Karena sesama muslim kita berselisih dan saling memusuhi dan membunuh.

Oleh sebab itu, sang khatib mengajak umat Islam agar masuk Islam secara total dan sepenuhnya. Jangan pernah jadikan Islam sekedar yang sesuai dengan keinginan pribadi. Kalimat dhalalun adhim dalam ayat tersebut jelas allah tegaskan kalau setiap orang yang hanya menggunakan agama demi kepentingan pribadi maka ia akan disesatkan Allah. Seperti pejabat yang menggunakan ayat-ayat yang sesuai dengan misinya dan melupakan ayat yang “bertentangan dengan misinya” (mungkin juga NGO, LSM, lembaga dan personal?).Setelah selesai, aku pulang kembali ke darussalam. Ada pelajaran pluralisme yang kuperolah di mesjid Indrapuri yang bersejarah hari ini.

5 Cara Menemukan "Masalah" Penelitian

Sepertinya tidak ada orang di dunia yang tidak ada masalah. Dari banugn tidur hingga tidur lagi orang selalu terlibat masalah. Bahkan tidu...